kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini strategi BI memenuhi kebutuhan uang kartal Rp 152,14 triliun saat Ramadan


Rabu, 14 April 2021 / 13:23 WIB
Begini strategi BI memenuhi kebutuhan uang kartal Rp 152,14 triliun saat Ramadan
ILUSTRASI. Uang rupiah.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan kebutuhan uang kartal para periode Ramadan hingga Idul Fitri 2021 senilai Rp 152,14 triliun. Nilai itu meningkat 39,33% year on year (yoy) dibandingkan realisasi penarikan pada posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 109,20 triliun.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison bilang bank sentral telah memiliki program pemenuhan kebutuhan itu dengan memberikan layanan penukaran uang. Namun Ia menegaskan penukaran harus dilakukan secara kolektif bukan secara individual karena adanya pandemi Covid-19.

“Periode layanan kas sudah kita mulai sejak 12 April sampai 11 Mei 2021. Kemudian, adapun titik layanan penukaran ini kami telah bersinergi dengan perbankan, terdapat 4.608 kantor cabang atau outlet bank umum yang akan melayani penukaran uang kepada masyarakat, dibandingkan periode sebelumnya meningkat 23%,” ujar Marlison dalam paparan virtual pada Rabu (14/4). 

Dia menjelaskan peningkatan layanan itu berdasarkan beberapa aspek, termasuk mulai meningkatnya mobilitas masyarakat dan mulai menggeliatnya ekonomi. Lanjut dia, jumlah bank yang akan bekerjasama dengan bank sentral dalam proses penukaran ini sebanyak 107 bank dengan 4.608 outlet bank umum. 

Baca Juga: Survei BI: Kegiatan dunia usaha meningkat di kuartal I 2021

“Untuk layanan penukaran tahun ini secara individual tidak dilakukan BI, termasuk perbankan. Yang dilakukan pelayanan secara wholesale, dimana BI akan melakukan penukaran pada perbankan termasuk beberapa stakeholder, beberapa lembaga instansi yang memang membutuhkan penukaran secara wholesale,” tambah Marlison. 

Sedangkan perbankan akan melakukan penukaran pada nasabahnya, kelompok masyarakat, maupun beberapa lembaga lainnya. Layanan secara individu dihilangkan guna mencegah menghindari terjadinya klaster atau dampak pandemi di sektor perbankan. 

“Jadi protokol kesehatan betul diterapkan dengan cara mengurangi kerumunan khususnya dalam penukaran uang ini. Prinsipnya semua jaringan bank sudah siap sejak 12 April 2021 untuk melakukan penukaran ke masyarakat,” tuturnya Marlison. 

Lebih lanjut, Bank Indonesia juga mendorong masyarakat untuk menggunakan uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun Republik Indonesia (UPK 75 Tahun RI) berbentuk uang kertas pecahan Rp 75.000. Bank sentral juga mendorong penggunaan UPK 75 untuk berbagi di Idul Fitri 2021 ini.

“Kami dorong UPK 75 tidak hanya koleksi, tp juga termasuk untuk transaksi, juga sebagai THR untuk lebaran ini. Adapun beberapa kebijakan mengenai penukaran UPK 75 ini, satu orang, satu KTP,  bisa menukar 100 lembar per hari dan dapat melakukan pengulangan penukaran di hari berikutnya,” imbuhnya. 

Dia bilang untuk kelompok masyarakat diberikan layanan 1 orang 100 lembar per hari, dan berikutnya dapat dilakukan penukaran dengan KTP yg sama. Dia menegaskan UPK 75 bisa digunakan menjadi alat belanja karena merupakan alat transaksi yang sah. 

Marlison menyebut Bank Indonesia dapat memenuhi kebutuhan uang kartal dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai kebutuhan, tepat waktu, dan layak edar. 

“Sebagaimana diketahui, periode Ramadan dan Idul Fitri merupakan periode di mana tingkat outflow tertinggi sepanjang siklus tahunan dalam pengadaan uang. Dimana rata-rata 30% outflow uang kita keluar pada saat Ramadan dan Idul Fitri,” paparnya.

Lanjut dia, dalam pemenuhan kebutuhan uang kartal senilai Rp 152,4 triliun itu te terdiri dari 90,07% uang pecahan besar yang terdiri dari nominal Rp 100.000 dan Rp 50.000 sebesar Rp 137 triliun. Sementara sisanya senilai Rp 15,2 triliun atau 9,93% merupakan uang pecahan kecil mulai Rp 20.000 ke bawah. 

“Pada awal pandemi terjadi Covid-19 di Indonesia, permintaan uang kartal juga turun termasuk di periode ramadan dan lebaran. Realisasi tahun lalu sebesar Rp 109,20 triliun, turun cukup tajam sebesar 43,3% dari tahun-tahun sebelumnya,” tambah Marlison.

Kenaikan proyeksi kebutuhan uang kartal pada Ramadan dan Idul Fitri tahun ini terjadi karena beberapa faktor. Pertama,  memperhitungkan asumsi makro ekonomi dengan semakin membaiknya kondisi ekonomi Indonesia. Kedua, BI memperhatikan kebijakan pemerintah khususnya realisasi percepatan bantuan sosial tunai (BLT) menjelang idul fitri. 

“Kemudian kita lihat bagaimana kebijakan program vaksinasi yang mempengaruhi tingkat mobilitas masyarakat. Bila tingkat mobilitas masyarakat makin tinggi maka kebutuhan uang kartal makin tinggi. Tentunya kita juga memperhatikan kebijakan pemerintah tentang larangan mudik lebaran di masyarakat walaupun juga ada dikecualikan mudik lokal di wilayah tertentu,” tegasnya. 

Lebih Lanjut, Marlison bilang dari jumlah perkiraan Rp 152,14 triliun, wilayah jawa merupakan dengan proyeksi kebutuhan tertinggi mencapai 65% dari kebutuhan nasional. Sementara wilayah Jabodebek 27%. Ia bilang hal ini menggambarkan kebutuhan uang kartal atau perputaran uang kartal terpusat di Jabodebek yaitu mencapai 27%.

“Untuk wilayah kebutuhan tertinggi di jabar sebesar Rp 12,21 triliun. Sementara wilayah terendah untuk kebutuhan uang kartal untuk kebutuhan uang kartal selama periode Ramadan dan Idul Fitri yaitu Papua Barat dengan proyeksi terendah Rp 0,32 triliun,” pungkasnya. 

Selanjutnya: BI prediksi penarikan uang kartal di Ramadan dan Lebaran 2021 naik 39%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×