kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini strategi pemain dompet digital di tengah persaingan pasar yang ketat


Minggu, 10 Oktober 2021 / 07:00 WIB
Begini strategi pemain dompet digital di tengah persaingan pasar yang ketat
ILUSTRASI. fitur dompet digital pada aplikasi mobile banking


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta persaingan di pasar dompet digital Indonesia semakin ketat di tengah transaksi digital yang menjadi pilihan utama saat pandemi Covid-19. Beberapa strategi pun dilakukan pemain dompet digital untuk merebut pasar yang ada.

Misalnya, OVO yang baru saja kepemilikan saham mayoritasnya sebanyak 90% dibeli Grab dari Tokopedia dan Lippo Group pada awal pekan ini. Selama ini, OVO mengadopsi strategi ekosistem terbuka sehingga membuat perusahaan berkolaborasi dengan lini industri manapun untuk memperluas penggunanya.

Oleh karenanya, meskipun saat ini OVO tidak mendapat tempat yang eksklusif di Tokopedia, kolaborasi-kolaborasi lain dari OVO dengan beberapa e-commerce yang selama ini sudah terbangun dinilai masih dapat menumbuhkan transaksinya.

Asal tahu saja, saat ini OVO menjadi salah satu ekosistem digital terbuka yang besar di Indonesia dengan banyak menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan termasuk Grab, Blibli, Lazada, Zalora, Tokopedia dan juga Bukalapak.

“Dengan 71% pengguna aktif dan tingkat brand awareness hingga 96%, OVO menjadi platform pembayaran digital pembayaran digital terpopuler di Indonesia,” ujar Head of Corporate Communications OVO Harumi Supit kepada Kontan.co.id, Jumat (8/10).

Baca Juga: Ditinggal Tokopedia dan Lippo, bagaimana prospek bisnis OVO ke depan?

Di paruh pertama 2021, OVO mencatatkan jumlah transaksi online merchant naik 76%, diikuti naiknya transaksi pembayaran kebutuhan logistik di OVO selama masa pembatasan sosial di pertengahan 2021 hingga hampir 40%.

Strategi yang sama dengan model ekosistem terbuka pun juga dilakukan DANA yang saat ini juga sudah hadir di e-commerce, seperti Bukalapak dan Lazada. Putri Dianita, VP of Corporate Communications DANA mengatakan, platform terbuka DANA memberikan peluang integrasi yang lebih mudah untuk beragam jenis bisnis di berbagai skala.

Hingga semester I 2021 lalu, DANA mencatat jumlah pengguna telah hampir 80 juta pengguna dengan fitur QRIS Payment, Kirim Uang, Pulsa & Data, Pembayaran Online Commerce, dan fitur Biller menjadi yang paling banyak digunakan masyarakat. Jumlah mitra maupun merchant DANA pun telah mencapai 330.000.

“Transaksi dengan menggunakan QRIS Payment di semester pertama tahun 2021 meningkat sebesar 131%,” ujar Putri kepada Kontan.co.id, Jumat (8/10).

Ke depan, DANA berkomitmen melakukan sinergi dengan beragam ekosistem dan para pemangku kepentingan. Hanya saja, untuk saat ini Putri enggan menyampaikan secara detail rencana bisnis yang akan dijalankan.

Di sisi lain, dompet digital yang memiliki ekosistem sendiri juga memiliki strateginya sendiri, contohnya ShopeePay yang memiliki ekosistem e-commercenya sendiri lewat Shopee. Dari pengguna Shopee yang secara bulanan 51,5 juta pengguna, 10 juta penggunanya merupakan pengguna ShopeePay dengan 45% pesanan Shopee di Indonesia dibayar menggunakan ShopeePay, berdasarkan laporan dari Momentum Works,

Sementara itu, GoPay saat ini sedang fokus mengembangkan ekosistem barunya yaitu GoTo Financial. Ditambah, Tokopedia yang saat ini sudah mulai fokus terhadap pengembangan GoPay setelah melepaskan saham OVO.

“Transaksi ini memberi kesempatan bagi kami untuk fokus memperdalam strategi GoPay dalam memimpin pasar yang akan memperluas dan memperkuat ekosistem GoTo Finansial,” ujar Nila Marita, Corporate Affairs GoTo, beberapa waktu lalu.

Selanjutnya: Tokopedia bergabung dengan Gojek, begini prospek bisnis Gopay dan OVO ke depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×