Reporter: Arthur Gideon | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sesuai dengan ekspektasi pasar, Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 9,5%. Kenaikan BI rate ini diumumkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono, siang tadi (7/10) berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Permasalahan finansial global menjadi pemicu keputusan BI untuk menaikkan suku bunganya. "Keputusan ini diambil setelah mencermati dan mempertimbangkan dengan seksama perkembangan keuangan dan ekonomi global akhir-akhir ini dan kemungkinan dampaknya terhadap perekonomian nasional," kata Boediono.
Selain itu, bank sentral juga mengambil keputusan ini setelah mencermati prospek perkembangan permintaan domestik, neraca pembayaran, dan resiliansi sektor keuangan dalam negeri dalam konteks perubahan global.
Menanggapi pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), BI mengaku tidak khawatir. Boediono mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah secara umum masih sejalan dengan nilai tukar mata uang dunia dan regional. "Kalau kita lihat jangka panjang, sejak awal tahun lalu, nilai rupiah sekarang masih normal," kata Boediono.
Namun, BI tetap berkomitmen untuk terus menjaga nilai tukar rupiah. Kebijakan stabilisasi rupiah ini diarahkan pada upaya menghindari gejolak nilai tukar yang terlalu tajam. "Kita akan terus melakukan intervensi di pasar. Kita juga akan terus waspada." kata Boediono.
Di kesempatan yang sama, Boediono juga mengatakan, bank sentral telah melakukan optimalisasi penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang tersedia. "Ke depannya, Bank Indonesia akan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah untuk mencermati perkembangan yang terjadi dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga ketahanan dan kestabilan sistem keuangan Indonesia," kata Boediono.
Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ikhsan menilai, langkah BI untuk menaikkan suku bunga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar selama ini. "Bagus lah, BI kan harus meredam tingginya inflasi dan gejolak rupiah," kata Fauzi.
Menurutnya, dengan kenaikan suku bunga ini, rupiah bisa kembali pulih. "Buktinya, kemarin rupiah rebound, setelah melemah di atas Rp 9.700 per US$," kata Fauzi. Agar rupiah semakin stabil, dia menilai, BI masih perlu menaikkan BI rate sekali lagi. Tapi, Fauzi berharap BI rate hanya sampai 9,75% di akhir tahun nanti.
Namun, kenaikan bunga ini dianggapnya masih belum tepat mengendalikan bunga bank yang beredar di pasar, baik untuk simpanan maupun kredit. Menurutnya, bunga yang ada di pasar kini sudah lepas dari BI rate. "Rata-rata suku bunga satu bulan di pasar sudah 10%," kata Fauzi.
Bisa membawa sentimen negatif
Sementara itu, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa justru berpikir sebaliknya. "Tidak ada untungnya dengan kenaikan BI rate ini. Malah rugi," kata Purbaya. Menurutnya, BI tidak memiliki alasan jelas untuk bertindak kontradiktif dengan pasar dunia yang sedang menurunkan atau mempertahankan suku bunga masing-masing.
Menurutnya, kenaikan BI rate ini bukan hanya membawa sentimen negatif tapi juga efek multiplier negatif pada pelaku pasar, baik pasar finansial maupun sektor riil. "Dengan naiknya BI rate, bunga kredit juga akan naik. Kenaikan bunga kredit ini jadi sentimen negatif bagi pelaku usaha. Pertumbuhan kredit juga akan semakin seret," kata Purbaya.
Tidak berhenti sampai situ, Purbaya juga memprediksi terjadinya kenaikan bunga overnight. Akibatnya, bank-bank akan semakin malas meminjamkan likuiditasnya pada bank lain. "Sekarang saja sudah terlalu ketat sampai membahayakan pertumbuhan ekonomi," katanya.
Bukan hanya itu, Purbaya juga menilai, langkah BI ini malah semakin menekan nilai tukar rupiah. Sebagai buktinya, dia menyodorkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih terpuruk di saat indeks regional sudah mulai rebound. Pada penutupan perdagangan saham hari ini, IHSG anjlok 29,018 poin (1,76%) menjadi 1.619,721.
Jatuhnya IHSG ini, lanjut Purbaya, akan memicu kejatuhan rupiah lebih banyak lagi. "Saya rasa, BI masuk intervensi sehingga rupiah mengalami penguatan tadi sore (7/10)," kata Purbaya. Dia berharap, ke depannya BI semakin berani mengorbankan cadangan devisanya untuk terus menjaga rupiah.
Untuk meningkatkan likuiditas bank, Purbaya berharap, BI segera mencairkan dana pemerintah di rekening BI pada bank-bank komersial. "Cara ini lebih efektif untuk memberi likuiditas lagi pada bank," kata Purbaya. Dia juga berharap, agar BI tidak akan menaikkan bunganya lagi sampai akhir tahun nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News