kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI pantau kesiapan teknologi perbankan untuk menerapkan BI-Fast


Kamis, 18 November 2021 / 16:28 WIB
BI pantau kesiapan teknologi perbankan untuk menerapkan BI-Fast
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta (25/5/2021).


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus memantau kesiapan perbankan sebagai penyelenggara BI-Fast pada Desember 2021 nanti. Ada 22 bank yang siap menjadi peserta BI-Fast pada tahap pertama. 

"Dari hari ke hari, tim BI dengan tim masing - masing bank, memastikan agar (bank) siap secara teknologi, dalam prosesnya disebut industrial test. Kami terus memantau, sejauh ini masih memenuhi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (18/11).  

Salah satunya, terkait koneksi antara platform teknologi dari BI Fast. Pihaknya terus berkomunikasi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Tapi sejauh ini persiapan masih oke dan akan terus dipantau. "Tunggu minggu kedua Desember 2021, kami akan umumkan (bank yang terlibat). Ini semuanya berjalan lancar," ungkapnya. 

Menurutnya, puluhan bank yang terlibat tersebut sudah memenuhi persyaratan BI baik dari sisi skala ukuran, volume transaksi pembayaran dan bagaimana pengaruhnya terhadap kebijakan sistem pembayaran BI. 

Baca Juga: Pembiayaan berkelanjutan CIMB Niaga Syariah telah mencapai Rp 337 triliun

Seperti diketahui, BI-Fast merupakan sistem penyelesaian transaksi yang beroperasi secara real time. Dengan demikian, proses settlement transaksi bisa dilakukan selama 24 jam penuh.

Rencananya, tahap pertama BI Fast akan dilaksanakan pada pekan kedua Desember 2021 dan tahap kedua pada Januari 2022. Melalui sistem ini, tarif transfer nasabah menjadi lebih murah, dari Rp 6.500 menjadi Rp 2.500.

Untuk tahap pertama, ada 22 bank yang terlibat. Mereka adalah Bank Tabungan Negara (BTN), Bank DBS Indonesia, Bank Permata, Bank Mandiri, dan Bank Danamon Indonesia.

Kemudian Bank CIMB Niaga, Bank Central Asia (BCA), Bank HSBC Indonesia, Bank UOB Indonesia, Bank Mega, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Syariah Indonesia (BSI).

Diikuti Bank OCBC NISP, UUS BTN, UUS Bank Permata, UUS Bank Cimb Niaga, UUS Bank Danamon Indonesia, Bank BCA Syariah, Bank Sinarmas, Bank Citibank NA dan Bank Woori Saudara Indonesia. 

Baca Juga: BI sudah injeksi likuiditas ke perbankan sebesar Rp 137,24 triliun

Untuk tahap kedua, juga melibatkan 22 bank lain. Di antaranya, Bank Sahabat Sampoerna, Bank KEB Hana Indonesia, Bank Harda International, Bank Maspion, Bank Rakyat Indonesia Agroniaga dan Bank Ina Perdana.

Selanjutnya, Bank Mandiri Taspen, Bank Nationalnobu, Bank Jatim UUS, Bank Mestika Dharma, Bank Jatim, Bank Digital BCA, UUS Bank Sinarmas, Bank Multiarta Sentosa dan Bank Ganesha.

Berikutnya UUS Bank OCBC NISP, UUS Bank Jateng, Standard Chartered Bank, Bank Jateng, BPD Bali, Bank Papua, dan Kustiodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Selanjutnya: Ingin tingkatkan transaksi, BTN siapkan strategi pengembangan TI dan digital banking

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×