Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank Indonesia menampik anggapan beberapa pihak yang menilai kebijakan pengelolaan devisa oleh BI sejauh ini masih terlalu tradisional. Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo menandaskan, pengelolaan devisa suatu negara yang ditempuh oleh bank sentral memiliki strategi sendiri-sendiri. Di mana hal tersebut banyak dipengaruhi oleh pertimbangan risiko dan biaya, tak terkecuali dalam pengelolaan cadangan devisa di Indonesia.
"Pengelolaan cadangan devisa itu tergantung dari level atau nilai cadev masing-masing negara. Dengan nilai cadev kita sekarang, itu lebih banyak untuk self-insurance dulu, menumpuk cadev untuk berjaga-jaga manakala nanti ada sudden reversal (pembalikan dana tiba-tiba dalam jumlah besar)," jelasnya di Jakarta, pekan lalu.
Perry menuturkan, BI sengaja menumpuk dolar dan tidak agresif memainkannya di pasar keuangan global untuk mencari keuntungan, agar sewaktu-waktu cadev itu bisa digunakan. "Jadi kalau nanti terjadi apa-apa kerugiannya tidak besar. Jangan dibandingkan dengan negara lain yang cadev nya lebih besar, nilai cadev mereka sudah di luar kebutuhan self insurance," ujarnya.
Nilai cadev RI sampai akhir Oktober lalu mencapai US$ 91,7 miliar. Naik US$ 5,2 miliar dari akhir bulan sebelumnya. Terus naiknya nilai cadev RI beberapa bulan terakhir tidak bisa dilepaskan dari aksi intervensi BI memborong dolar di pasar untuk menahan penguatan nilai tukar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News