kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Biaya operasional (BOPO) kembali menanjak, begini strategi perbankan


Senin, 09 November 2020 / 20:47 WIB
Biaya operasional (BOPO) kembali menanjak, begini strategi perbankan
ILUSTRASI. Suasana pelayanan nasabah di Kantor Cabang Utama (KCU) Bank Mandiri Bintaro Tangerang Selatan. Pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat melandai pada kuartal II-2020, rasio biaya operasional terharap pendapatan operasional (BOPO) perbankan kembali terkerek menjelang akhir tahun. Tingginya biaya pencadangan akibat restrukturisasi kredit terimbas pandemi jadi alasannya. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pada akhir kuartal I-2020 rasio BOPO perbankan melonjak signifikan menjadi 88,84% dibandingkan akhir tahun lalu sebesar 79,39%. Kemudian melandai tipis pada kuartal II-2020 menjadi 84,94%, dan kembali melonjak pada kuartal III-2020 menjadi 86,18%. 

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga mengalami peningkatan rasio BOPO sepanjang 2020 dibandingkan akhir tahun lalu sebesar 70,15% menjadi 73,15% pada kuartal I-2020, 82,81% pada kuartal II-2020, dan 88,99% pada kuartal III-2020. 

“Rasio BOPO kami terus meningkat akibat pandemi yang memberikan tekanan pada pendapatan bank, terutama pendapatan bunga akibat restrukturisasi kredit. Untuk antisipasinya kami memang telah menyiapkan CKPN yang cukup, dan ini yang menambah bebasn operasional,” jelas Corporate Secretary BNI Meiliana kepada Kontan.co.id, Senin (9/11).

Baca Juga: Penyaluran kredit Bank Mandiri tumbuh jadi Rp 873,73 triliun hingga akhir kuartal III

Sampai kuartal III-2020 pencadangan yang dibentuk perseroan memang cukup tinggi mencapai Rp 13,97 triliun yang meningkat hingga 157,4% (yoy). Ini seiring dengan terkereknya raso non performing loan dari 1,8% pada September 2019 menjadi 3,6% pada September 2020. 

Mengantisipasi peningkatan beban operasional, bank berlogo angka 46 ini juga terus berupaya meningkatkan efisiensinya. Salah satu upaya dilakukan dengan terus memangkas beban bunga, dan fokus terhadap penghimpunan dana murah alias current account and saving account (CASA). 

Biaya dana atawa cost of fund BNI pun tercatat mulai mengecil dari 3,2% pada September 2019 menjadi 2,9% per September 2020. Pun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh mumpuni sebesar 21,4% (yoy) menjadi 705,09 triliun. 

“Selain efisiensi beban bunga dan fokus terhadap CASA, kami juga mengoptimalkan layanan digital serta efisiensi dari biaya operasional bank,” lanjut Melly. 

Bank pelat merah lainnya yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ambil strategi berbeda untuk mencegah terkereknya rasio BOPO perseroan. Dibandingkan rasio sebesar 63,01% kuartal I-2020, rasio BOPO perseroan juga terus menanjak menjadi 74,18% pada kuartal II-2020, dan 76,35% di kuartal III-2020.

“Secara konsolidasi sampai September 2020 rasio BOPO kami 79,38%. Memastikan rasio BOPO terjaga pada level yang aman, kami telah menyusun langkah-langkah efisiensi melalui peningkatan pemanfaatan teknologi dalam proses bisnis,” ungkap Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan.

Pemanfaatan teknologi utamanya bakal digunakan untuk mendorong penyaluran kredit perseroan sembari meningkatkan pendapatan bunga. Maklum pendapatan bunga bersih bank berlogo pita emas ini tercatat negatif 4,1% dari 67,77 triliun pada September tahun 2019 menjadi Rp 66,37 triliun. 

Rully menambahkan segmen mikro produktif terutama via platform Mandiri Pintar akan jadi fokus buat menambah pundi-pundi pendapatan perseroan. 

Sementara hal berbeda justru terjadi di PT Bank Cental Asia Tbk (BBCA), sampai September 2020 perseroan telah berhasil menekan biaya operasional yang menyebabkan rasio BOPO kembali mengecil. Meskipun mash lebih tinggi dibandingkan akhir tahun lalu. 

Akhir 2019 rasio BOPO BCA sebesar 59,09%, kemudian menjadi 77,09% pada kuartal I-2020. dan berhasil menurun pada kuartal II-2020 menjadi 66,59, dan 65,57% pada akhir September 2020. 

“BCA memastikan kini opeasional tetap berjalan optimal, selain mengelolanya dengan efisien dalam situasi pandemi seperti ini,” ujar EVP Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F. Haryn.

Baca Juga: Bentuk pencadangan, BOPO multifinance terkerek ke 91,95% per Agustus 2020

Sebelumnya Direktur Keuangan BCA Vera Eva Liem menjelaskan efisiensi biaya yang dilakukan BCA salah satunya dilakukan lantaran pada kuartal III-2020 biaya pencadangan perseroan mulai berkurang dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. 

Sampai September 2020, BCA telah membentuk biaya pencadangan Rp 9,12 triliun. Perinciannya pada kuarrtal I-2020 dihimpun Rp 2,16 triliun, kemudian pada kuartal II-2020 Rp 4,35 triliun dan Rp 2,60 triliun pada kuartal III-2020.

“Kebutuhan pencadangan kami pada kuartal III-2020 lebih rendah, karena kami juga berhasil menekan NPL. Di samping itu pertumbuhan laba operasional juga cukup bagus, dengan PPOP tumbuh 2,9% (yoy),” jelasnya.

Selanjutnya: Antisipasi risiko di tengah pandemi, bank bentuk pencadangan hingga 200% terhadap NPL

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×