Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Langkah perbankan ramai-ramai menurunkan bunga simpanan dan pinjaman menjadi peluang perbankan untuk meningkatkan laba bersih. Misalnya, PT Bank Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) akan menurunkan biaya dana atau cost of fund untuk mengurangi beban bunga, dan mendongkrak pertumbuhan kredit untuk meningkatkan pendapatan bunga.
"Kami membidik laba bersih tumbuh 12% di tahun 2016," kata Direktur Utama BJB Ahmad Irfan, Senin (29/2). Artinya, BJB akan membukukan laba bersih sekitar Rp 1,5 triliun per akhir tahun 2016 dari realisasi perolehan laba bersih sebesar Rp 1,38 triliun per Desember 2015 atau tumbuh 24,7% dibandingkan posisi Rp 1,10 triliun per Desember 2014.
Menurut Irfan, pihaknya akan menurunkan biaya dana untuk mencapai target laba. Misalnya, rasio biaya dana akan berada di level 5,2% di tahun ini dari posisi 5,9% di tahun lalu.
Langkah untuk penurunan biaya dana adalah memangkas suku bunga simpanan dan bunga spesial. Saat ini, bunga deposito sebesar 5% dan bunga spesial 7%-8% atau turun 200 bps-300 bps dari posisi 9%.
Cara lainnya adalah memperbesar porsi dana murah menjadi 58% di tahun ini dari posisi 52,4% pada tahun lalu. BJB akan menjaring dana murah dari tabungan yang ada di pasar dan tidak mengandalkan penempatan dana Pemerintah Daerah (Pemda).
Perusahaan sendiri membidik pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 13%-14% atau mencapai Rp 70,90 triliun-Rp 71,53 triliun per Desember 2016 dari realisasi Rp 62,74 triliun per Desember 2015.
Kemudian, BJB akan mendongkrak pertumbuhan kredit untuk meningkatkan pendapatan bunga. Perusahaan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 13%-15% di tahun 2016, dari realisasi pertumbuhan kredit 12% menjadi Rp 55,30 triliun per Desember 2015 dibandingkan posisi Rp 49,37 triliun per Desember 2014.
Irfan menambahkan, pihaknya akan mengandalkan kredit konsumer dan komersial di tahun 2016 ini. Detailnya, kredit konsumer tumbuh 15% di tahun ini dari realisasi pertumbuhan 13,8% atau menjadi Rp 38,21 triliun per Desember 2015.
Kemudian, kredit komersial tumbuh 15% di tahun ini dari realisasi pertumbuhan 35% atau menjadi Rp 9,24 triliun per Desember 2015. Dan kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 15% di tahun ini dari realisasi pertumbuhan 1,4% atau menjadi Rp 4,50 triliun per Desember 2015.
Sedangkan, kredit mikro untuk jenis bilateral akan tumbuh 10% dan jenis linkage akan tumbuh 32% di tahun ini. Sayangnya, kredit mikro tercatat turun 26,1% menjadi Rp 3,30 triliun per Desember 2015 dibandingkan posisi Rp 4,50 triliun per Desember 2014. Penurunan ini karena perusahaan menghentikan pembiayaan kredit mikro secara bilateral.
Tambah modal
Menurut Irfan, pihaknya tengah mengkaji rencana untuk memperkuat modal dalam menghadapi aturan basel III. Tanpa menyebutkan angka, opsi yang dipilih adalah menerbitkan obligasi subordinasi atau medium term notes (MTN). Targetnya, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) untuk jangka panjang ada di level 18% di tahun 2018.
Saat ini, BJB memiliki rasio CAR sebesar 16,2% atau senilai Rp 6,74 triliun per Desember 2015. Modal tersebut terdiri dari tier I senilai Rp 6,34 triliun dan tier II senilai Rp 404 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News