Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (BNI) mempertahankan target pertumbuhan kredit pada tahun 2025 sebesar 8%-10%.
Yohan Setio, Head of Investor Relation BNI mengatakan, kendati kondisi per semester I-2025 kredit BNI tumbuhnya 7% atau masih sedikit di bawah target, namun pihaknya optimistis target tahunan tetap dapat tercapai seiring tren penyaluran kredit yang biasanya menguat pada kuartal IV.
"Memang siklus modal kerja atau siklus investasi dari perusahaan itu biasanya terjadi di penghujung tahun. Sehingga melihat tren sejauh ini, kita masih optimis bahwa penyaluran kredit kita masih dapat mencapai target kita yaitu 8%-10% pertumbuhannya," ujar Yohan saat public expose BNI, Senin (8/9).
Baca Juga: Volume Transaksi Merchant BRI Naik 27,2%, Tembus Rp105,5 Triliun pada Semester I-2025
Pada semester I-2025 BNI mencatat total penyaluran kredit sebesar Rp 778,7 triliun atau tumbuh 7,1% secara tahunan atau year on year (yoy). Pencapaian ini didukung oleh diversifikasi portofolio yang terlihat dari kontribusi berbagai segmen, mulai dari korporasi, konsumer, komersial, hingga UMKM.
Kredit di segmen Korporasi dan Konsumer masih menjadi kontributor utama pertumbuhan. Untuk Kredit korporasi tercatat naik 10,4% YoY menjadi Rp 435,8 triliun, didorong oleh pembiayaan kepada swasta, BUMN, dan institusi pemerintah.
Sedangkan untuk kredit konsumer tumbuh 10,7% YoY menjadi Rp147,0 triliun, terutama dari personal loan meningkat 11,7% YoY dan KPR meningkat 9,9% YoY.
"Paling besar masih dari segmen korporasi. Karena memang lebih dari setengah basis BNI ini datangnya dari segmen korporasi. Dan kami melihat segmen korporasi ini masih akan tumbuh kreditnya mungkin di kisaran 10% di tahun ini," ungkap Yohan.
Yohan menjelaskan, bahwa pihaknya fokus di segmen korporasi blue chip, karena korporasi blue chip kata Yohan biasanya memang lebih resilient, ekspansi bisnis dan siklus modal kerja mereka lebih predictable, tidak terlalu volatile tergantung kondisi ekonomi.
"Jadi berdasarkan diskusi kami dengan banyak nasabah-nasabah kami di segmen korporasi, memang permintaan kredit itu masih kuat. Terutama dari segmen seperti fast moving consumer goods atau FMCG, dan juga segmen yang terkait dengan teknologi telekomunikasi, terkait juga dalam hal ini data center dan perusahaan menara telekomunikasi," tambahnya.
Lalu dari segmen yang lain, BNI juga mulai melihat ruang untuk pertumbuhan kredit itu lebih merata. Jika sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir pihaknya menekankan segmen korporasi sebagai sumber pertumbuhan utama, tahun ini BNI melihat potensi pertumbuhan di segmen UMKM dan segmen komersial atau segmen perusahaan menengah.
"Setelah empat tahun berbenah, kami memiliki keyakinan bahwa kami mulai dapat tumbuh lagi di segmen UMKM dan segmen komersial ini, namun tidak terlalu agresif. Kami hanya menargetkan tumbuh di kisaran 5%-10% secara berhati-hati sambil terus memonitor kondisi kualitas aset," katanya.
Terakhir adalah segmen konsumer yang dinilai menjadi salah satu segmen yang paling resilient, karena kata Yohan memang tingkat hutang rumah tangga di Indonesia mungkin salah satu yang terendah di antara negara emerging market lainnya, sehingga secara natural pasti selalu ada permintaan untuk kredit seperti KPR, kendaraan bermotor, personal loan, dan lain-lain.
Namun menurut Yohan secara umum target pertumbuhan BNI di segmen konsumer ini tidak terlalu agresif, BNI hanya menargetkan tumbuh di kisaran 10% saja, mengingat kondisi ekonomi yang tidak terlalu kuat, hanya tumbuh di kisaran 5%, sementara BNI terus mengedepankan aspek kehati-hatian. "Jadi kami tumbuh secara selektif di segmen konsumer," imbuhnya.
Hussein Paolo Kartadjoemena, Direktur Finance & Strategy BNI menambahkan, mempertahankan target pertumbuhan kredit di 8%-10% pada tahun ini dengan mempertimbangkan permintaan kredit atau loan demand terutama pada segmen korporasi dan juga mulai tumbuhnya kredit di segmen UMKM serta katalis positif dari potensi membaiknya kondisi likuditas di semester 2 dari kebijakan moneter dan juga dari fiskal, baik global maupun domestik.
"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kami tetap mempertahankan pertumbuhan kredit yang sehat di range 8-10% untuk tahun ini," ujar Paolo.
Baca Juga: Reshuffle Prabowo Bikin IHSG Melemah, Bank BUMN Loyo Hari Ini Senin (8/9)
Selanjutnya: Penjualan Emas HRTA Positif Berkat Ekosistem Bank Emas, Cek Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: 25 Alasan Berat Badan Tidak Turun Padahal Sudah Diet Menurut Ahli
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News