kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

BNI Syariah estimasi kebutuhan modal Rp 1 triliun


Rabu, 28 Oktober 2015 / 15:32 WIB
BNI Syariah estimasi kebutuhan modal Rp 1 triliun


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. BNI Syariah mengestimasi adanya kebutuhan peningkatan modal pada 2017 mendatang. Di periode itu, modal yang dibutuhkan anak usaha Bank Negara Indonesia (BNI) ini berkisar Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun.

Direktur BNI Syariah Dinno Indiano menuturkan, rencana pemenuhan modal itu bisa saja dilakukan pada 2016 mendatang. "Karena kami targetkan pertumbuhan 20% mulai tahun depan," terang Dinno, baru-baru ini.

Menurut Dinno, mengacu pada angka pertumbuhan kredit itu, maka rasio kecukupan modal (CAR) BNI Syariah bakal tergerus 2%-3%. Dengan begitu, Dinno memperkirakan, CAR BNI Syariah akan berada pada kisaran 14%-15% di tahun depan.

Sementara, lanjutnya, jika realiasi penambahan modal dilakukan, maka CAR BNI Syariah bisa naik hingga level 18%. "Untuk saat ini, kami rasa masih cukup untuk tahun depan. Tapi, bisa jadi penambahan modal terealiasi juga di tahun depan untuk mempersiapkan pertumbuhan di 2017," tambah Dinno.

Dinno belum bisa menyampaikan skema apa yang bakal dilakukan untuk memenuhi penambahan modal. Yang jelas, kata Dinno, BNI Syariah punya banyak opsi baik itu suntikan melalui induk maupun masuk ke pasar. Tapi, Dinno menegaskan, hal itu tergantung keputusan pemegang saham.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dinno memprediksi, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BNI Syariah tumbuh lebih rendah pada kisaran 15%. Dinno bilang, angka tersebut seiring dengan financing to deposit ratio (FDR) BNI Syariah masih rendah pada angka 80%.

"Jadi, kami tidak ingin kebanyakan dana. FDR kami saat ini 80%. Kami juga ingin menekan biaya dana alias cost of fund," imbuh Dinno.

Sementara itu, hingga September 2015, BNI Syariah mencatatkan laba sebesar Rp 156,6 miliar atau naik 50,7% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Atas hasil kinerja ini, Dinno pun optimis bisa mencapai target laba akhir tahun Rp 163 miliar.

Namun Dinno menambahkan, BNI Syariah juga punya target laba secara internal untuk tahun ini. "Di RBB, target laba kami kan Rp 163 miliar, tapi secara internal kami yakin bisa tembus Rp 200 miliar," ucapnya.

Per September, BNI Syariah membukukan pembiayaan Rp 16,97 triliun. Sebagian besar merupakan pembiayaan cabang reguler yang meliputi pembiayaan konsumtif sebesar 53,92%, pembiayaan produktif 22,41%, dan pembiayaan komersial 15,25%. Sedangkan pembiayaan mikro dan kartu Hasanah Card masing-masing berkontribusi 6,2% dan 2,3% dari total pembiayaan.

Sebagai gambaran, pembiayaan konsumtif yang menyumbang mayoritas pembiayaan BNI Syariah, didominasi oleh pembiayaan Griya Ib Hasanah yaitu dengan komposisi sebesar 85,44%.

BNI Syariah juga mencatat DPK naik 26,77% menjadi Rp 18,9 triliun. Kenaikan DPK ini sebanyak 56,07% merupakan deposito. Sisanya, 35% tabungan dan 8,7% berupa giro. Pencapaian kredit dan DPK membuat aset BNI Syariah meningkat 23,13% menjadi Rp 22,7 triliun. Sampai akhir tahun, BNI Syariah menargetkan asetnya sebesar Rp 22,8 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×