kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

BNI Syariah perkirakan bisnis melemah di 2014


Kamis, 31 Oktober 2013 / 19:45 WIB
BNI Syariah perkirakan bisnis melemah di 2014
ILUSTRASI. Spiderhead masih menduduki peringkat teratas top film Netflix di Indonesia, karena memiliki cerita yang menarik tentang dunia sci-fi dan psychology.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Melihat kondisi perekonomian yang tidak terlalu kondusif di tahun 2014, PT BNI Syariah memproyeksi pertumbuhan bisnis perseroan akan melambat tahun depan. Direktur Bisnis BNI Syariah Imam Teguh Saptono Imam mengungkapkan, BNI Syariah memproyeksikan pertumbuhan pembiayaan kredit pada 2014

Menurut Imam, pertumbuhan pembiayaan tahun depan akan berada di bawah angka 40% atau lebih rendah dibanding tahun ini dengan kontribusi terbesar diperkirakan masih dari sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Tahun depan diperkirakan melambat. BNI Syariah tumbuh sekitar 45%, pembiayaan 44%. Tahun depan kami targetkan 35%. Sektor yang masih punya potensi itu UKM, kemudian Mikro, perumahan juga masih tapi melambat, karena (aturan) ready stock dan LTV rumah kedua," ujar Imam di Gedung BI, Jakarta, Kamis (31/10).

Imam menuturkan, per September 2013, perseroan telah mencatat pembiayaan mencapai kisaran Rp 11 triliun. Menurutnya, angka ini sudah mendekati target yang telah ditetapkan sebelumnya. "Kami sudah hampir achieve target satu tahun karena kami lakukan front loading di awal, target sekitar Rp 11 triliun lebih," ujarnya.

Lebih lanjut Imam menuturkan, perlambatan pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah ini dikarenakan kondisi perekonomian dalam negeri yang masih belum membaik.

"Kondisi makro, jadi kami perkirakan nilai tukar (kurs) rupiah kemungkinan masih di level Rp 11.000. Tingkat inflasi juga masih relatif tinggi, kemudian defisit neraca berjalan meski berkurang tapi masih berlanjut," jelas Imam.

Selain itu, kondisi perekonomian global yang diperkirakan masih berfluktuasi juga memberikan andil pada perlambatan pertumbuhan bisnis perseroan dan perbankan syariah secara umum. "Kondisi di luar yang lebih mengkhawatirkan sebenarnya. Ekspor kemungkinan juga masih melambat. Di sisi lain, likuiditas di sini juga relatif masih ketat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×