Reporter: Andri Indradie | Editor: Syamsul Azhar
JAKARTA. Krisis akhir 2008 sempat membuat khawatir bank-bank besar. Boediono, Wakil Presiden RI sekaligus mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) menyatakan, pada Oktober 2008 bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) besar sempat meminta injeksi likuiditas hingga Rp 15 triliun.
"Bank-bank besar itu meminta pemerintah membantu kekurangan likuiditas mereka," ujar Boediono dalam pernyataan tertulis yang disampaikan ke Panitia Khusus (Pansus) Bank Century, Selasa (22/12).
Hal ini terjadi, lantaran aliran dana yang keluar dari negara berkembang, terutama Indonesia, alias capital outflow sangat besar. "Capital outflow di Indonesia lebih parah, karena hampir semua negara di kawasan ini (Asia Tenggara) memberlakukan blanket guarantee, sedang kita tidak," imbuhnya.
Menurutnya, saat krisis akhir 2008, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melonjak dan pada 24 November mencapai Rp 12.700 per US$. Cadangan devisa BI merosot dengan cepat karena BI harus memenuhi paling tidak sebagian dari kebutuhan Dolar di pasar yang terus meningkat.
"Dalam bulan Agustus sampai Desember 2008, cadangan devisa BI terkuras sangat besar untuk menahan agar kurs tidak liar dan lepas kendali. Pada puncaknya, cadangan devisa menurun US$ 6,5 miliar dari US$ 57,1 miliar pada September 2008 menjadi US$ 50,6 miliar per Oktober 2008," ujar Boediono menggambarkan situasi krisis.
Sayang, Boediono tak menyebut nama-nama bank besar tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News