kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bos BRI Bagikan Faktor Pendukung dan Tantangan Perekonomian dan Perbankan di 2023


Selasa, 28 Maret 2023 / 11:13 WIB
Bos BRI Bagikan Faktor Pendukung dan Tantangan Perekonomian dan Perbankan di 2023
ILUSTRASI. BRI beberkan faktor pendukung dan tantangan ekonomi dan perbankan di tahun 2023


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memaparkan ekonomi dan perbankan di 2023. Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan terdapat faktor pendukung bagi perekonomian dan industri perbankan tahun ini.

“Pertama, peningkatan aktivitas bisnis dan ekonomi sejalan dengan pengendalian kasus Covid-19. Mobilitas dan aktivitas masyarakat semakin tinggi dan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi,” ujar Sunarso dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI pada Selasa (28/3).

Kedua, harga komoditas mulai bergerak turun walaupun masih di level tinggi. Kendati demikian, Sunarso menyatakan ketidakpastian berakhirnya perang Rusia-Ukraina membuat harga komoditas global diproyeksikan masih lebih tinggi dari level sebelum pandemi.

“Rating investasi Indonesia yang stabil dan positif. Itu memberikan kepercayaan kepada investor untuk memasukkan modalnya ke Indonesia,” tambahannya.

Baca Juga: Per Februari, BRI Catatkan Fee Based Income Tumbuh 18,65%

Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan perpanjangan relaksasi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19. Ia menyatakan kebijakan ini akan berdampak positif bagi pelaku UMKM dan perbankan.

Kendati demikian, Sunarso mengakui terdapat beberapa faktor yang menantang bagi perekonomian dan perbankan tanah air. Pertama, resesi Amerika Serikat dan perlambatan global. BRI memperkirakan perekonomian AS akan jatuh pada jurang resesi pada Semester II tahun 2023.

Hal itu dapat mengganggu laju pertumbuhan ekonomi global secara agregat. Kedua, tensi geopolitik dan disrupsi rantai pasok. Ketidakpastian berakhirnya Perang Rusia-Ukraina dan memanasnya China - Taiwan mendorong ketidakpastian geopolitik global meningkat dan berpotensi mengganggu rantai pasok global.

“Tekanan inflasi yang masih tinggi terutama kita ingat September 2022, terjadi penurunan subsidi BBM sehingga harganya naik. Ini masih akan berdampak kenaikan inflasi di 2023, semoga dampaknya terus berkurang,” tambahnya.

 

Ia menyebut ini meningkatkan biaya produksi dan menekan pendapatan sektor riil dan masyarakat. Begitupun berpotensi terjadinya pengurangan simpanan dana masyarakat di perbankan.

“Faktor terakhir, krisis bank global seperti Silicon Valley Bank dan Credit Suisse, itu bisa berdampak negatif bagi perbankan domestik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×