Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pada likuiditas valuta asing (valas), membuat perbankan lebih cepat merespon kenaikan suku bunga The Fed dibandingkan Bank Indonesia (BI).
Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) melihat bila inisiatif kewajiban penempatan devisa hasil ekspor (DHE) berhasil akan mengurangi tekanan likuiditas valas perbankan
LPS memantau pergerakan suku bunga simpanan perbankan nasional baik berdenominasi rupiah maupun valas yang terdapat tren kenaikan. Untuk perkembangan suku bunga pasar (SBP) rupiah terpantau naik 11 bps menjadi 2,95% pada periode 20 Desember 2022 hingga 16 Januari 2023.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, ini menunjukkan perbankan telah merespon kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Namun, ia yakin kondisi likuiditas perbankan yang masih longgar akan mengerem kecepatan perbankan merespon kenaikan bunga bank sentral.
“SBP simpanan valas di periode yang sama, terpantau naik 11 bps menjadi 1,48%. Kenaikan SBP valas ini berlanjut sejalan dengan kenaikan suku bunga The Fed yang masih meningkat untuk atasi gejolak inflasi global khususnya di negara maju,” papar Purbaya pada Kamis (26/1).
Baca Juga: Optimalisasi DHE bagi Perekonomian
Oleh sebab itu, LPS mengerek bunga penjaminan valas 25 basis poin (bps) menjadi 2,00%. Sedangkan untuk bunga penjaminan simpanan rupiah di bank umum ikut naik 25 bps menjadi 4,00%. Untuk BPR naik 225 bps menjadi 6,5%. Ketentuan ini akan berlaku pada 1 Februari hingga 31 Mei 2023.
Bahkan, pada awal Desember 2022 lalu, LPS menaikkan bunga penjaminan valas sebesar 100 bps. Penetapan ini di luar jadwal rutin yang harusnya LPS lakukan. Seiring dengan kenaikan SBP valas sebesar 93 bps menjadi 1,37% pada periode 3 hingga 30 November 2022 lalu.
Kendati demikian, melihat bila inisiatif DHE berhasil dijalankan maka akan memberikan dampak positif bagi perbankan. Purbaya bilang tekanan yang terjadi di suku bunga simpanan valas lebih cepat naik dibandingkan rupiah.
“Kalau DHE ini berhasil maka akan kurangi tekanan ke atas dari suku bunga valas di dalam negeri. Artinya, kalau supply-nya banyak, maka dollar nya banyak, maka sentimen rupiahnya kuat dan cenderung tidak akan melemah lagi, sehingga tekanan suku bunga valas yang naik tidak akan sebesar sebelumnya,” jelas Purbaya.
SVP Retail Deposit Product And Solution Group Bank Mandiri Evi Dempowati menyatakan, kenaikan tingkat bunga penjaminan simpanan tentunya tidak serta merta akan meningkatkan suku bunga simpanan bank.
“Bank Mandiri dalam hal ini akan memperhatikan banyak faktor dalam penentuan suku bunga simpanan, diantaranya perkembangan suku bunga acuan, yaitu BI 7 Days Reverse Repo untuk Rupiah dan The Fed untuk dolar AS, tren suku bunga deposito di pasar, serta kondisi likuiditas perbankan nasional,” ujarnya kepada Kontan.co.id. .
Lanjut ia, seiring dengan tren kenaikan bunga acuan trend di pasar dan kondisi likuiditas perbankan, Bank Mandiri telah menaikkan counter rate Deposito dolar AS sebesar 55 bps sampai dengan 155 bps untuk penempatan Deposito dengan tenor 1 bulan sampai dengan tenor 24 bulan TMT 1 November 2022 .
“Sedangkan untuk counter rate Deposito Rupiah, kami masih merasa bahwa suku bunga eksisting masih cukup kompetitif bila dibandingkan dengan bank lain,” tuturnya.
Sedangkan BTN saat ini menawarkan bunga deposito valas dolar AS di level 0,20% saat ini merujuk situs resmi. Direktur Distribusi dan Pendanaan Ritel BTN Jasmin menyebut simpanan valas tidak menjadi prioritas dalam menghimpun DPK karena penyaluran kredit BTN lebih banyak dalam bentuk rupiah.
Baca Juga: Menghitung Untung Rugi Kebijakan Wajib Simpan DHE Selama 3 Bulan
Ia menyatakan kenaikan suku bunga juga tergantung kebutuhan likuiditas. Saat ini likuiditas BTN sangat cukup utk mendukung pembiayaan. Adapun BTN sudah menaikkan suku bunga simpanan rupiah menjadi 4,75% hingga 5,25% saat ini.
Adapun Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan, likuiditas valas di awal tahun 2023 cukup bisa dijaga dengan baik. Sedangkan dari sisi simpanan valas masih terjaga serta tetap aktif mendukung pertumbuhan kredit, dengan LDR valas posisi Desember 2022 sebesar 51,65%.
“Kenaikan permintaan valas cenderung meningkat di semester 1, untuk menjaga kebutuhan pendanaan agar terjaga secara optimal BRI berfokus pada pengelolaan dana jangka pendek hingga menengah menyesuaikan dengan kondisi pasar dan kebutuhan nasabah,”tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News