Reporter: Arthur Gideon | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT BRI Tbk tampaknya pesimis, penyaluran kredit baru ke sektor agribisnis bakalan menurun di triwulan empat ini. Salah satu penyebabnya yakni karena mereka melihat kondisi pasar Minyak Sawit Kasar atau crude palm oil (CPO) saat ini.
Direktur Bisnis Umum BRI Sudaryanto Sudargo menjelaskan, pasar CPO saat ini tidak sebaik tahun kemarin. ”Harga CPO terus menurun sampai saat ini,” tuturnya. Karena kondisi tersebut, maka banyak para perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengerem pengembangan industri mereka. Itu artinya, tak banyak para pengusaha yang ingin mencari pinjaman ke bank untuk ekspansi bisnis mereka. Kondisi itulah yang menyebabkan penyaluran kredit baru ke sektor agribisnis di BRI juga ikut melambat.
Meskipun begitu, Sudaryanto mengaku bahwa BRI tidak akan mengerem penyaluran kredit mereka ke sektor agribisnis karena sektor tersebut adalah sektor yang menjadi favorit pembiayaan di BRI. “Apalagi perusahaan kelapa sawit jarang ada yang macet kreditnya. Meskipun waktu kreditnya cukup panjang, bisa hingga 15 tahun,” paparnya.
Alasan lain, penyaluran kredit ke sektor agribisnis akan menurun karena banyak pengusaha perkebunan kelapa sawit yang mengalami kesulitan untuk melakukan pembebasan lahan mereka untuk membangun perkebunan baru.
Tahun lalu, BRI mengucurkan kredit tak kurang dari Rp 1,7 triliun untuk sektor perkebunan. Sebagian besar penyaluran kredit tersebut menyasar ke perkebunan sawit. Jika dijabarkan, perkebunan kelapa sawit menyedot 90% dari kredit sektor perkebunan. Sedangkan sisanya, kredit agribisnis BRI dikucurkan ke perkebunan kakao dan karet. Sedangkan jika dibedakan berdasarkan lokasi debitur, maka 80% kredit tersalurkan ke luar Pulau Jawa. Hanya 20% kredit perkebunan BRI yang hinggap di Jawa. Tahun ini, BRI menargetkan penyaluran kredit perkebunan hingga Rp 3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News