Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pemerintah akan mengintervensi pasar saham yang tengah anjlok lantaran kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin kekurangan darah.
Untuk memberikan energi di pasar, pemerintah akan melakukan pembelian kembali saham-saham pelat merah yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meminta 13 emiten pelat merah untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback saham.
Adapun, dana buyback emiten pelat merah ini akan bernilai minimal Rp 10 triliun.
Beberapa emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun menyatakan untuk mengkaji pelaksanaan aksi buyback.
Indikator yang akan dipergunakan adalah seberapa besar saham suatu BUMN turun. Yang paling besar penurunannya akan menjadi prioritas untuk dilakukan buyback.
Dari sektor perbankan, saham BBRI hari ini turun 3,68%; BMRI turun sebesar 3,82%, dan penurunan BBNI sebesar 4,07%.
Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, Sunarso mengungkapkan, sudah siap buyback.
Ini tercermin dari rasio kecukupan modal atawa capital adequacy ratio (CAR) perseroan yang saat ini berada di level 20,41%.
"Uangnya ada, tidak ada masalah dengan dana. Terlebih dari segi kapitalisasi, CAR BRI sebesar 20,41% sangat siap untuk mendukung langkah buyback saham," kata Sunarso belum lama ini.
Sunarso bilang, BRI memiliki dana uang cukup untuk melakukan buyback saham sampai dengan batas maksimal yang diperbolehkan untuk membeli saham kembali.
Meski begitu, kata Sunarso, buyback saham hanya merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan pemerinah di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ini.
Ia bilang, masih ada solusi lain yang bisa ditempuh untuk menggairahkan kembali pertumbuhan ekonomi nasional.
"Meski dana siap, belum tentu kami gunakan untuk melakukan buyback saham. Kalau buyback saham bukan merupakan pilihan yang mendesak, maka tentu tidak akan dilakukan," ucap Sunarso.
Ia bilang buyback saham merupakan langkah alternatif yang akan digunakan untuk menjaga nilai kekayaan BRI. Sebab, di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global yamg berdampak pada perlambatan ekonomi domestik, BRI tetap menjaga jangan sampai kapitalisasi pasar perseroan anjlok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News