Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) masih mampu mencatatkan perbaikan kualitas aset pada semster I 2020 di tengah tekanan pandemi Covid-19. Pertumbuhan pembiayaan yang ditorehkan BRI Syariah diimbangi dengan penurunan non performing financing (NPF).
Direktur Operasional BRIS Fahmi Subandi mengatakan, BRIS akan terus memupuk pencadangan sampai akhir tahun guna mengantisipasi risiko pembiayaan yang timbul ke depan di tengah tekanan Covid-19.
Per Juni 2020, BRIS membukukan pembiayaan Rp 37,4 triliun atau tumbuh 55,92% year on year (yoy). Sementara NPF secara gross turun jadi 3,9% dari 4,9% pada Juni 2019 dan NPF net turun jadi 2,49% dari 4,51%.
BRI Syariah terus memupuk pencadangan. Pada Juni 2019 coverage ratio terhadap NPL hanya 27,9% dan ditingkat menjadi 52% pada Maret 2020 dan dinaikkan lagi jadi 71,4% pada Juni 2020.
"Peningkatan pencadangan ini menunjukkan kalau BRIS semakin prunden dan bisa memitigasi resiko. Sampai akhir tahun, kita akan memupuk pencadangan di kisaran 90%, syukur-syukur bisa 100% untuk mengantisipasi dampa Covid-19," kata Fahmi saat paparan kinerja BRIS semester I 2020, Senin (24/8).
Baca Juga: Laba bersih BRI Syariah melonjak 229,6% di semester I, ini penyebabnya
Namun, Fahmi melihat, dukungan yang diberikan pemerintah terhadap perbankan dalam rangka penanganan dampak Covid-19 cukup memadai sehingga bisa memperkuat perbankan dan tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi itu.
Dengan adanya relaksasi retruktusasi pembiayaan terhadap debitur terdampak Covid-19, BRI Syariah bisa menjaga NPF dikisaran 3,5% -4% sampai akhir tahun. Fahmi menyakini, jika ekonomi semakin membaik maka perseroan akan bisaa meningkatkan kualitas aset dengan baik. Per Juni 2020, BRI Syariah sudah melakukan restrukturiasi pembiayaan sebesar Rp 5,4 triliun dari 29.000 debitur.
Untuk pembiayaan, BRI Syariah menargetkan tambahan Rp 500 miliar -Rp 1 triliun lagi pada semester II ini. Dengan capaian Rp 37,43 triliun pada per Juni 2020 maka pembiayaan sampai akhir tahun ditargetkan tumbuh sekitar 38,5% dibandingkan taahun 2019 sebesar Rp 27,3 triliun.
Pertumbuhan pembiayaan di paruh kedua tidak lagi setinggi semester I 2020 karena realisasi pengalihan aset BRI ke BRIS dalam rangka implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Aceh sudah signifikan. Total kredit BRI yang telah dikonversi BRIsyariah hingga Juni 2020 mencapai 82,98% dari total kredit yang direncanakan akan dialihkan tahun ini dari BRI.
Sementara Dana Pihak Ketiga yang telah dikonversi dalam rangka implementasi Qanun LKS mencapa 53,18% dari total yang ditargetkan.
Konversi ini diharapkan rampung seluruhnya akhir tahun ini. Hingga Juni 2020, BRI syraihan sudah punya 29 unit kerja di Aceh yang terdiri dari 13 kantor cadang dan 16 kantor cabang pembantu. Padahal akhir tahun lalu, unit kerja perseroan disana masih 3.
Untuk mencapai target penyaluran kredit tersebut, Direktur Bisnis Ritel BRIsyariah Fidri Arnaldy mengatakan, pihaaknya akan fokus pada segmen mikro ritel yakni pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Fasilitas Likuiditas Pembiaayaan perumahan (FLPP).
Realisasi pembiayaan BRI Syariah di dua segmen itu sangat bagus sehinggga pemerintah telah menaikkan kuota KUR dan FLPP perseroan tahun ini. Kuota KUR dinaikkan dari semula Rp 3 triliun menjadi Rp 4,5 triliun. Sedangkan jatah penyaluran FLPP dinaikkan dari 8.700 unit menjadi 10.700 unit. "FLPP sudah kami realiasikan 89%," kata Fidri.
Baca Juga: Bank syariah milik BUMN siap untuk dimerger
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News