Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyertaan modal negara (PMN) yang akan disuntikkan pemerintah ke ke PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan berdampak positif pada Perseroan. Terlebih, PMN digunakan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran KPR bersubsidi ke segmen Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menilai posisi BBTN sebagai bank spesialis KPR dengan harga terjangkau merupakan nilai tambah tersendiri. BBTN sangat kuat di segmen ini, karena menjadi tulang punggung pemerintah dalam menjalankan program sejuta rumah rakyat.
“BTN punya target pasar yang jelas, yakni pembiayaan perumahan dengan harga terjangkau. Demand-nya itu luar biasa besar,” kata Suria, Jumat (8/7).
Bank BTN dinilai memiliki prospek kinerja yang menjanjikan karena bermain di ceruk pasar yang permintaannya sangat tinggi. Pembiayaan KPR akan terus bertumbuh lantaran jumlah masyarakat yang belum memiliki hunian layak tinggal masih sangat besar.
Baca Juga: Dapat Suntikan dari Pemerintah, Beberapa Emiten BUMN Jadi Lebih Menarik
Sementara itu, jumlah rumah tangga baru di negeri ini terus bertambah setiap tahunnya sehingga selalu mengerek permintaan rumah.
Dari sisi fundamental, kata Suria, BBTN juga terus menunjukkan perbaikan. NPL Coverage sudah di atas 100%. Loan to deposit ratio (LDR) yang biasanya di atas 100%, kini sudah berada di bawah 100%.
Ini menunjukkan kemampuan BBTN memupuk likuiditas dan memperbanyak dana pihak ketiga (DPK) dalam menopang pertumbuhan kredit.
Dengan berbagai pertimbangan itu, menurut Suria, harga saham BBTN saat ini masih di bawah nilai wajarnya (undervalued).
“Harga sahamnya sudah terlalu murah. Valuasi BBTN sudah terdiskon dibandingkan dengan harga saham perbankan lainnya,” katanya.
Mengacu ke data RTI, rasio price book value (PBV) BBTN saat ini berada di kisaran 0,69x. Pada saat pelaksanaan rights issue, harga saham BBTN diperkirakan bisa mencapai minimal 1x nilai buka. Menurut hitungan Suria, target harga bisa di atas Rp 2.000.
Kepastian PMN untuk BBTN diputuskan pada Rapat Komisi VI DPR RI pekan lalu. Seluruh fraksi merestui bank spesialis kredit perumahan ini mendapatkan PMN senilai Rp 2,98 triliun melalui mekanisme penerbitan saham baru (rights issue) yang ditargetkan terlaksana pada tahun ini.
Dengan mengacu ke jumlah setoran modal pemerintah, maka total rights issue mencapai Rp 4,6 triliun.
Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah menilai PMN meningkatkan kapasitas BBTN dalam memperbesar penyaluran kredit ke segmen MBR. Hal ini berdampak positif terhadap agenda pemerintah dalam menurunkan angka backlog perumahan.
“Jadi, yang diuntungkan bukan hanya BBTN dalam bentuk penguatan modal, juga para nasabah segmen MBR karena kuota KPR bersubsidi akan bertambah banyak,” katanya.
Piter mengatakan tidak banyak perbankan yang bermain di sektor properti menengah ke bawah. Pasalnya, KPR memiliki jangka waktu (tenor pinjaman) sangat panjang, antara 15-20 tahun, yang dibiayai dengan dana pihak ketiga (DPK) dengan jangka waktu sangat pendek.
Persoalan klasik dari segmen KPR adalah risiko mismatch liquidity yakni antara kredit jangka panjang dan DPK jangka pendek. Menurut Piter, itu yang membuat hanya sedikit bank yang mau bermain secara serius di sektor ini.
Baca Juga: Ingin Beli Rumah? Berikut Tawaran Bunga KPR dari BCA, BTN, BNI, dan BRI
Oleh karean itu, beberapa bank yang memiliki bisnis KPR cukup selektif dalam menyalurkan kredit dengan mengambil segmen menengah ke atas. Sebagian besar enggan untuk masuk lebih dalam ke KPR untuk MBR, seperti yang dilakukan oleh BTN.
“Kalaupun Bank masuk ke sektor MBR, biasanya nilainya tidak besar. Mereka lebih senang masuk ke segmen menengah ke atas,” ujarnya.
Piter melihat BTN menjadi satu-satunya andalan untuk pembiayaan KPR MBR, seperti program sejuta rumah dan program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Selain mendapatkan tugas dari pemerintah, BTN yang sudah puluhan tahun fokus ke properti juga memiliki skala bisnis dan keahlian dalam menyukseskan program sejuta rumah.
"BTN adalah ujung tombak pemerintah dalam program penyediaan rumah rakyat khususnya bagi kelompok masyarakat menengah bawah, khususnya dalam melaksanakan program-program bantuan pembiayaan perumahan dari pemerintah. Untuk itu penguatan permodalan BTN memang dibutuhkan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News