Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Prinsip tidak meletakkan semua telur dalam satu keranjang, juga berlaku dalam kebijakan penyaluran kredit Bank Tabungan Negara (BTN). Demi menyebar risiko, bank spesialis kredit pemilikan rumah (KPR) ini akan menggenjot penyaluran kredit non perumahan.
Hingga akhir Maret 2011, sebanyak 91% portofolio kredit BTN berupa KPR dan kredit properti. Sisanya kredit lain-lain, termasuk konsumsi. BTN akan menekan angka ini secara bertahap, yakni menjadi 89% pada akhir tahun 2011 dan 85% di akhir tahun berikutnya.
Saut Pardede, Direktur Keuangan dan Tresuri BTN, menjelaskan, selain untuk mengurangi risiko, kebijakan memperbesar kredit non-KPR ini juga bagian dari rencana meningkatkan keuntungan perusahaan. "Untuk menekan risiko, kita menyalurkan dana dalam jangka yang lebih pendek. Selain itu, untuk mendapatkan yield lebih tinggi," kata Saut pada acara Due Diligence Meeting dan Public Expose Penerbitan Obligasi XV, Selasa (7/6).
Hitung punya hitung, kredit konsumsi, seperti kartu kredit menjanjikan pendapatan bunga lebih menawan. Selain itu, bank juga berpotensi mendapatkan tambahan pendapatan dari komisi atau fee based income.
Catatan saja, per Maret 2011, net interest margin atau pendapatan bunga bersih (NIM) BTN 5,69%, turun dari posisi 6,5% pada Maret 2010. Manajemen berharap, pendapatan bunga dari kredit non-perumahan bisa menopang NIM di posisi yang sama, kendati biaya dana diperkirakan meningkat akibat tekanan inflasi pada semester II ini.
Evi Firmansyah, Wakil Direktur Utama BTN, mengatakan, sepanjang tahun ini BTN akan menyalurkan kredit sekitar Rp 26 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 20 triliun masih ke kredit perumahan seperti KPR, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan kredit konstruksi. Sementara sisanya mengalir ke komersial dan konsumen.
Dari target Rp 26 triliun, sebagian besar sumber dana berasal dari simpanan nasabah (DPK) dan pengembalian angsuran. "Dari angsuran pokok saja, BTN menerima minimal Rp 8 triliun. Kami berharap DPK Rp 14 triliun," katanya. Sisanya dari penerbitan obligasi senilai Rp 2 triliun, repo dan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Rp 1 triliun.
Dalam rencana bisnis tahun ini, BTN menargetkan pertumbuhan kredit 30%, dari posisi akhir 2010 sekitar Rp 51,55 triliun menjadi Rp 68,73 triliun di akhir tahun ini. Rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BTN per Maret 2011 110,33%, naik dari 108,42% di akhir 2010.
Hingga Maret 2011, rasio kecukupan modal (CAR) BTN sebesar 17,13% dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko operasional dan risiko pasar. Per Desember 2010, BTN memiliki CAR sebesar 17%. "Dengan ekspansi, akhir tahun 2011 nanti CAR BTN turun menjadi 15%, tapi ini tidak masalah," kata Evi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News