kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunga acuan BI naik, beban bunga BTN meningkat


Selasa, 24 Juli 2018 / 14:55 WIB
Bunga acuan BI naik, beban bunga BTN meningkat
ILUSTRASI. Bank BTN


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai dengan paruh pertama tahun 2018, sejumlah bank mencatatkan pertumbuhan beban bunga cukup tinggi. Ini utamanya disebabkan kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebanyak 100 bps pada semester I 2018 lalu.

Salah satunya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang mencatatkan beban bunga naik 14,91% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 5,13 triliun per semester I 2017 menjadi Rp 5,9 triliun.

Bila dibandingkan dengan pendapatan bunga, pertumbuhan beban bunga tersebut sedikit lebih tinggi. Tercatat, pendapatan bunga BTN tumbuh 14,04% dari Rp 9,35 triliun menjadi Rp 10,66 triliun.

Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, kenaikan beban bunga itu sesuatu yang wajar. Alasannya, sampai dengan semester I 2018 lalu BTN memang belum menaikkan tingkat suku bunga kredit, sementara suku bunga dana telah dinaikkan. Inilah yang membuat beban bunga sedikit lebih tinggi pertumbuhannya. Mayoritas beban bunga BTN pun disumbang dari bunga simpanan nasabah.

Berdasarkan presentasi BTN, tercatat beban bunga yang disumbang dari simpanan non bank mencapai Rp 4,46 triliun pada semester I 2018. Jumlah itu meningkat 14,13% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Sementara bunga surat berharga yang diterbitkan juga meningkat 36,93% menjadi Rp 799 miliar. Sedangkan, simpanan antar bank turun dari Rp 203 miliar menjadi Rp 126 miliar atau susut 38,08%. "Beban bunga naik terutama karena suku bunga deposito naik karena suku bunga acuan BI yang naik. Serta jumlah DPK yang memang pasti naik," kata Iman kepada Kontan.co.id, Selasa (24/7).

Memang bila dirinci, total dana pihak ketiga (DPK) BTN meningkat cukup deras yakni sebanyak 19,17% menjadi Rp 189,63 triliun di semester pertama tahun ini. Adapun, sumbangan terbesar berasal dari kenaikan deposito berjangka yang naik 20,36% dari Rp 84,36 triliun menjadi Rp 189,63 triliun.

Meski beban bunga naik, rata-rata biaya dana atau cost of fund BTN justru membaik dalam kurun waktu setahun terakhir. Tercatat saat ini cost of fund BTN berada di level 5,24% atau menurun dari 5,51% pada semester I 2017 lalu.

Iman meyakini, beban bunga akan tumbuh lebih lambat dibandingkan pendapatan bunga, seiring dengan kenaikan suku bunga kredit nantinya. "Kami belum menaikkan bunga kredit saat ini. Harus diputus bersama di rapat ALCO," ungkapnya.

Di sisi lain, sejalan dengan kenaikan pendapatan bunga, hingga akhir semester I 2018, bank bersandi emiten BBTN ini mampu memupuk laba hingga Rp 1,42 triliun. Jumlah tersebut meningkat 12,01% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,27 triliun.

Meski begitu, pertumbuhan suku bunga dana yang lebih cepat dibandingkan bunga kredit membuat selisih bunga alias margin mengempis. Ini terlihat dari margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BTN yang turun dari 4,42% per semester I 2017 menjadi 4,17% di paruh pertama tahun ini. Sampai akhir tahun, bank spesialis kredit perumahan ini optimistis mampu menjaga NIM di level 4,5% sampai 4,75%.

Sementara itu, beberapa bank BUMN lain yang sudah merilis kinerja semester I 2018, mencatatkan beban bunga tumbuh lebih lambat dibandingkan pendapatan bunga. PT Bank Mandiri Tbk misalnya, yang mencatatkan pendapatan bunga naik tipis 0,,8% menjadi Rp 38,82 triliun. Sebaliknya, beban bunga Bank Mandiri menyusut 8,8% menjadi Rp 12,25 triliun. Sebabnya, beban bunga yang harus dibayarkan Bank Mandiri untuk deposito berjangka menurun dari Rp 4,73 triliun menjadi Rp 3,45 triliun alias susut 27,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×