Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan, industri perbankan tampaknya sudah mulai mengutak-atik bunga simpanan. Biaya dana yang mahal menjadi alasan agar bank bisa menekan efisiensi operasional.
Mengacu data Bank Indonesia (BI), suku bunga simpanan berjangka tampak mulai turun untuk tenor satu bulan dan dua tahun, masing-masing 4.60% dan 3.81% di Februari 2024. Bulan sebelumnya, untuk tenor yang sama, bunga simpanan berjangka ada di level 4.66% dan 3.87%.
Di sisi lain, BI justru mencatat Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) meningkat terbatas dibandingkan bulan sebelumnya. SBDK Januari 2024 meningkat sebesar 2 basis poin (bps) dari 8.81% menjadi 8.83%.
Kenaikan terlihat dari SBDK bank non BUMN yang meningkat dalam rentang yang terbatas. Kelompok BPD, bank swasta dan kantor cabang bank asing mencatatkan kenaikan SBDK masing-masing sebesar 4 bps, 3 bps, dan 3 bps.
Dalam laporan BI, peningkatan SBDK disebabkan oleh kenaikan Harga Pokok Dasar Kredit (HPDK) sebesar 20 bps dari 3,47% menjadi 3,67%. Alhasil, kenaikan HPDK diikuti dengan penurunan komponen margin keuntungan sebesar 17 bps dan penurunan komponen overhead cost (OHC) sebesar 1 bps.
Baca Juga: Menilik Kinerja Bank-Bank Milik Taipan, Siapa Paling Moncer?
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengungkapkan bila biaya dana masih tetap mahal maka bunga kredit agak sulit untuk diturunkan. Oleh karenanya, bank kini mulai menyesuaikan tingkat efisiensi yang dimiliki.
Dengan demikian, Trioksa bilang cara yang tepat saat ini memang terlebih dahulu menurunkan biaya dana yang dimiliki. Salah satunya, menurunkan biaya simpanan yang ditawarkan pada nasabah.
“Saat ini bank masih berkutat dengan sulitnya mendapat likuiditas dari dana murah dan dana yg diapat cenderung dari dana mahal dan beberapa dari deposito special rate,” ujar Trioksa.
Sementara itu, Direktur Distribution & Institutional Funding BTN Jasmin mengakui bahwa saat ini pihaknya memang sudah menurunkan bunga deposito di kisaran 25 bps sampai dengan 75 bps. Bunga deposito BTN sebesar 4.50% hingga 5.25% dan untuk nominal tertentu bisa 6%.
“Sehingga COF (biaya dana) diharapkan bisa turun mulai Maret ini,” ujar Jasmin.
Ia juga menyebutkan alasan lain BTN menurunkan bunga deposito karena dinilai masih terlalu tinggi jika dibandingkan dengan bank pelat merah lainnya. Dengan begitu, ia ingin ada penyesuaian agar bisa setara.
Tak hanya itu, ia menilai likuiditas BTN saat ini juga masih cukup memadai. Artinya, tak ada kekhawatiran likuiditas mengetat meskipun bunga diturunkan dan tetap bisa mendukung ekspansi kredit.
Di sisi lain, Jasmin bilang tak mudah untuk melakukan penyesuaian bunga kredit untuk saat ini. Mengingat, ,kebanyakan KPR subsidi bunga tidak bisa disesuaikan dengan bunga 5% fixed selama 20 tahun.
“Penyesuaian bunga kredit juga banyak faktor yang mendasarinya antara lain kondisi ekonomi, dan kondisi kualitas kredit masing-masing bank,” ujarnya.
Baca Juga: NPL di Sejumlah Bank Digital Kompak Naik pada Tahun Lalu, Kenapa?
Presiden Direktur CIMB Niaga juga mengungkapkan bahwa bunga deposito untuk yang baru juga mulai turun. Ini menjadi salah satu strategi bank yang fokus pada dana murah karena memiliki biaya yang relatif lebih rendah.
“Likuiditas deposito kita juga cukup tebal,” ujar Lani.
Sebagai informasi, biaya dana simpanan CIMB Niaga per Desember 2023 ada di level 3,04%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya di level 1,91%. Namun, ia mengklaim biaya dana di CIMB Niaga sudah mulai turun tanpa menyebutkan penurunannya.
Di sisi lain, ia melihat belum akan menurunkan bunga kredit yang dimiliki. Alasannya, bunga kredit CIMB Niaga tak naik secepat bunga simpanan nasabah.
“Bunga kredit kan lagging tidak naik secepat bunga DPK,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News