Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat pemerintah berjuang menggenjot sektor UMKM, nyatanya pertumbuhan kredit ke sektor bisnis wong cilik ini justru kian loyo. Salah satu penyebab yang membuat kredit UMKM itu lambat adalah bunga yang tinggi.
Sebagai informasi, penyaluran kredit UMKM pada Maret 2025 hanya tumbuh 1,7% secara tahunan alias year on year (YoY). Pertumbuhan tersebut melanjutkan tren perlambatan, di mana pada bulan sebelumnya juga hanya tumbuh 2,1% YoY.
Mengutip riset Striving to Thrive yang membahas terkait kondisi UMKM di Indonesia tahun 2024/2025, alasan bunga tinggi memang bukan yang terata karena hanya sekitar 16%. Di mana, alasan teratas adalah UMKM mengaku tidak butuh mengajukan kredit atau sebanyak 50% responden.
Kondisi gender pun nyatanya juga turut mempengaruhi UMKM dalam mengakses kredit. Ambil contoh, 29% usaha yang dipimpin oleh perempuan melaporkan bahwa tingginya suku bunga menjadi tantangan saat mengakses pinjaman. Ini lebih tinggi dibandingkan 25% usaha yang dipimpin oleh laki-laki.
Baca Juga: Kian Digemari, Bisnis Paylater Bank Terus Merekah
Alhasil, riset tersebut juga menyoroti perlunya pelonggaran regulasi dan kriteria agar lebih banyak wirausahawan. Dorongan atas pelonggaran tersebut menjadi lebih penting karena rendahnya kredit UMKM saat ini.
Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN Maliki bilang meskipun persentasenya kecil, alasan bunga tinggi dan tidak ada agunan memang perlu menjadi perhatian. Sebab, menurutnya itu bisa didorong oleh pemerintah.
“Relatif masalah ini masih bisa diintervensi ke depan dengan program-program yang ada,” ujar Maliki, Kamis (15/5).
Lebih lanjut, Maliki mengungkapkan urgensinya masalah ini sebab UMKM memainkan peran yang signifikan dalam perekonomian nasional. Terlebih, UMKM bisa menciptakan supply chain yang lebih kuat.
Dalam hal ini, ia bilang permodalan memang menjadi sesuatu yang perlu dipikirkan untuk sektor UMKM. Alasannya, modal bisa jadi penghambat utama bagi UMKM untuk melakukan ekspansi pasar.
“Apalagi jika modal yang minim ditambah dengan pengetahuan yang minim terkait pasar,” tandasnya.
Baca Juga: Pembiayaan Capai Rp 7,4 Triliun, Ini Cara Ajukan Kredit Mikro UMKM Bank Sampoerna
Selanjutnya: Evaluasi IA-CEPA, Indonesia Berpotensi Menambah Impor Lithium dari Australia
Menarik Dibaca: 4 Manfaat Pijat untuk Kesehatan Mental, Bantu Cegah Penyebab Depresi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News