Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Perbankan terus menggenjot penyaluran kredit melalui produk buy now pay later atau paylater (BNPL). Hal ini membuat segmen ini tumbuh signifikan seiring meningkatnya kebutuhan pinjaman masyarakat.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat utang masyarakat Indonesia di BNPL di perbankan mencapai Rp 22,78 triliun per Maret 2025. Angka tersebut meningkat 32,18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Porsi kredit paylater bank tercatat sebesar 0,29% dari kredit perbankan secara keseluruhan.
Sementara itu, jumlah rekening paylater di perbankan juga mencatatkan kenaikan menjadi 24,56 juta pengguna, dari bulan sebelumnya yang sebanyak 23,66 juta pengguna.
Sejumlah bank yang menawarkan produk paylater juga terlihat mencatatkan lonjakan transaksi hingga kuartal I-2025. Sejumlah bank juga masih yakin kredit paylater bakal terus terkerek pertumbuhannya di tahun ini.
PT Bank Central Asia (BCA) menyebut, sejak diluncurkan pada Oktober 2023, BCA melihat animo yang tinggi dari masyarakat terhadap Paylater BCA. Hingga kuartal I 2025, outstanding Paylater BCA mencapai Rp 356 miliar atau naik sekitar 96% yoy.
Baca Juga: Jelang RUPS, Saham BSI Dalam Tren Menguat
"NPL Paylater juga BCA tetap terjaga baik, seiring komitmen BCA dalam penyaluran kredit yang pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip-prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin," ungkap Hera F. Haryn selaku EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA kepada kontan.co.id, Kamis (15/5).
Pihaknya pun berharap transaksi menggunakan Paylater BCA dapat mencatatkan pertumbuhan positif pada 2025.
Sementara Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara menerangkan, sejak diluncurkan pada akhir tahun 2023, layanan Livin' Paylater terus menunjukkan perkembangan positif. Hingga kuartal I 2025, volume transaksi Livin' Paylater telah tumbuh signifikan dengan rata-rata peningkatan bulanan dua digit.
"Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terjadi pertumbuhan frekuensi transaksi lebih dari 2,8 kali lipat, mencerminkan tingginya animo dan kepercayaan nasabah terhadap layanan ini, dengan kualitas kredit yang membaik, tercermin dari jumlah pengguna naik 2,3 kali lipat secara tahunan pada periode yang sama," ungkap pria yang akrab disapa Ossy ini.
SVP Digital Retail Banking Bank Mandiri Yanto Masyap menambahkan, saat ini, jumlah pengguna aktif Livin' Paylater juga telah menembus lebih dari 160.000 nasabah, dengan dominasi berasal dari segmen milenial dan urban digital-savvy.
Livin' Paylater menawarkan pilihan tenor yang fleksibel mulai dari 1 bulan hingga 12 bulan. Adapun bunga yang dikenakan sangat kompetitif, mulai dari 1.5% flat per bulan.
Yanto melihat tren penggunaan Livin' Paylater yang terus meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu, khususnya pada kategori transaksi e-commerce & groceries. Hal ini sejalan dengan pergeseran perilaku konsumen ke arah digital dan meningkatnya preferensi terhadap opsi pembiayaan fleksibel.
"Ke depan, kami optimistis pertumbuhan ini akan berlanjut dengan momentum yang positif, seiring dengan strategi kami memperluas kerja sama dengan berbagai mitra serta peningkatan kapabilitas fitur di Livin’ by Mandiri," ungkapnya.
Menurutnya, fokus perseroan adalah memastikan pengalaman bertransaksi yang aman, nyaman, dan terintegrasi bagi seluruh pengguna, sekaligus mendorong inklusi keuangan digital yang berkelanjutan.
PT Allo Bank juga mencatat jumlah aplikasi PayLater yang masuk terus meningkat dengan total kredit yang disalurkan naik lebih dari 200% hingga kuartal I-2025.
Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan, sejak diluncurkan, Allo Bank PayLater menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dari sisi nasabah maupun volume transaksinya walaupun saat ini berada di tengah kondisi makro ekonomi yang penuh tantangan.
Baca Juga: Livin’ by Mandiri Catat Kinerja Positif Lewat Pertumbuhan Transaksi dan Pengguna
Dari sisi jumlah nasabah, sejak diluncurkan pada 20 Mei 2022 hingga Mei 2025, Allo Bank memiliki lebih 12 juta nasabah di seluruh Indonesia yang menawarkan beragam produk perbankan berbasis digital.
Adapun tenor yang ditawarkan pada produk Paylater mulai dari 1 sampai 24 bulan dengan rata-rata tenor di enam bulan. Terkait bunga, Indra menerangkan, Bank selama ini menggunakan risk based pricing dimana calon debitur yang high-risk mendapatkan suku bunga yang tinggi, dan sebaliknya calon debitur dengan credit scoring yang baik mendapatkan suku bunga yang lebih atraktif sesuai risk profilnya.
"Namun demikian, tingkat suku bunga bukan satu-satunya faktor penentu seseorang dalam mengajukan aplikasi kredit. Banyak juga hal lainnya yang menjadi pertimbangan debitur seperti kemudahan proses, limit kredit, pilihan tenor dan fleksibilitas Terms & Conditions," kata Indra.
Bila melihat trend pertumbuhan PayLater yang cukup baik pada tahun 2024, tentunya kami berkeinginan untuk melanjutkan momentum pertumbuhan ini sepanjang tahun 2025.
Pihaknya melihat, pertumbuhan BNPL masih sangat berpotensi kedepannya, mengikuti pertumbuhan tren transaksi online di e-commerce dan adopsi BNPL di merchant-merchant offline yang semakin meningkat, dimana tren ini juga turut meningkatkan kebutuhan akan fasilitas kredit yang cepat, tepat guna dan flexible.
Agar nasabah semakin aktif di Allo Bank, pihaknya terus berupaya menjalin kemitraan strategis dengan berbagai ekosistem terkemuka lainnya melalui penerapan model Open Banking dalam upaya mengembangkan ekosistem digital dan meningkatkan nilai layanan finansial yang disediakan oleh Bank secara contextual, terutama untuk sektor2 yang dekat dengan aspek-aspek kehidupan nasabah.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, semakin meningkatnya utang masyarakat di paylater karena kebutuhan masyarakat untuk konsumsi meningkat sehingga paylater juga naik.
"Sentimen tersebut dapat berarti positif atau negatif. Namun bila peningkatannya diluar dari batas kewajaran maka bisa negatif dan berpotensi pada peningkatan kredit macet atau non performing loan," katanya.
Menurutnya, potensi kredit macet akan besar bila pemberian kredit tanpa memperhatikan repayment capacity yang baik. Kedepan tren transaksi juga diprediksi akan naik namun akan diikuti potensi kenaikan NPL.
"Saya rasa bank perlu memperketat pemberian paylater dan lebih sektif dalam pemberian paylater," tegasnya.
Baca Juga: Pembiayaan Capai Rp 7,4 Triliun, Ini Cara Ajukan Kredit Mikro UMKM Bank Sampoerna
Selanjutnya: Bidik Pertumbuhan Transaksi Hingga 35% di 2025, Ini Strategi AstraPay
Menarik Dibaca: Edukasi Masyarakat, Lion Wings Luncurkan Layanan Periksa Gigi Keliling
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News