kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Cermati Kinerja Laba 11 Bank Besar Nasional pada Kuartal I-2024


Kamis, 25 April 2024 / 05:30 WIB
Cermati Kinerja Laba 11 Bank Besar Nasional pada Kuartal I-2024
ILUSTRASI. Petugas Bank Mandiri menghitung Uang rupiah di Jakarta, Rabu (24/4). Cermati Kinerja Laba 11 Bank Besar Nasional pada Kuartal I-2024.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang musim rilis laporan kinerja keuangan perbankan untuk periode tiga bulan pertama tahun 2024 atau kuartal I/2024, tampaknya akan mengalami penurunan performa akibat masih tingginya suku bunga acuan.

Bahkan Bank Indonesia telah menaikkannya ke level 6,25% per 24 April 2024. Proyeksi penurunan performa ini tergambar dari laporan kinerja keuangan 11 bank besar di tanah air per Februari 2024.

Ambil contoh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), per Februari 2024 BRI mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 3,51% secara tahunan, menjadi Rp 8 triliun. Pada periode yang sama tahun 2022 lalu, BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 8,35 triliun.

Baca Juga: Daya Tahan Perbankan Nasional Masih Kokoh di Tengah Gejolak Perekonomian Global

Selain BRI, bank pelat merah lainnya yang mencatatkan penurunan performa laba bersih adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Laba bersih kedua bank ini masing-masing turun sebesar 2,98% dan 5,90% per Februari 2024 (lihat tabel).

Sumber Laporan Keuangan.png
Sumber Laporan Keuangan

Adapun bank pelat merah yang masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), yang masing-masing tumbuh 4,40% dan 10,25% per Februari 2024.

Di sisi lain, bank swasta nasional seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mampu mempertahankan pertumbuhan kinerja laba bersih di kuartal I/2024, yakni tumbuh 11,70% menjadi Rp 12,9 triliun. Sejalan dengan itu kredit dan dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh positif.

 

Baca Juga: BI Beberkan Hasil Stress Test Perbankan di Tengah Ketidakpastian Global

Sementara jika melihat posisi kinerja keuangan bank swasta lainnya per Februari 2024, bank swasta nasional yang mencatatkan kinerja laba bersih mentereng adalah PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) dengan pertumbuhan laba bersih mencapai 71,52%, disusul oleh PT Bank Permata Tbk (BNLI) dengan pertumbuhan laba bersih 58,83%, dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) yang labanya tumbuh 33,73%.

Di sisi lain penurunan performa laba bersih bank swasta nasional ditunjukkan oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), yang masing-masing turun sebesar 4,69% dan 13,81%. Meski begitu kredit dan DPK masih tampak bertumbuh.

Direktur Consumer Banking CIMB Niaga Noviady Wahyudi mengatakan, pihaknya masih optimistis kredit dapat tumbuh di kuartal I/2024.

"Jika melihat potensi penurunan BI Rate akan dipengaruhi dari geopolitik, apalagi dengan harga minyak dunia yang naik, Tapi CIMB Niaga tetap berupaya untuk mendorong kredit, menyasar segmen yang tetap pertumbuhannya baik, terutama konsumer banking," kata dia kepada Kontan, Rabu (24/4).

Lebih lanjut pria yang akrab disapa Dede ini menyebut kredit segmen otomotif dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akan menjadi penopang pertumbuhan kredit di awal tahun ini.

Baca Juga: Intip Performa Kinerja Laba 11 Bank Besar Nasional pada Awal Tahun 2024

"Proyeksinya masih dapat tumbuh dua digit untuk segmen KPR dan KKB, personal loan juga proyeksi kami sama, tumbuh dua digit, karena kebutuhannya masih tinggi," jelas Dede.

Di sisi lain meski BI Rate masih terus naik, Dede menyebut penjualan rumah dan mobil telah berdampak. Hal ini juga yang membuat CIMB Niaga menaikkan SBDK nya pada seluruh segmen kredit. Meskipun memang dia bilang kenaikan SBDK tersebut tidak serta merta langsung menaikkan bunga kredit.

"Kami tetap berharap kinerja kuartal satu akan naik dari tahun sebelumnya, meskipun suku bunga masih tetap tinggi, kami juga terus memberikan kemudahan kepada nasabah melalui KPR Xtra Manfaat," kata Dede.

Sementara itu Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja juga menyebut penurunan suku bunga The Fed kemungkinan akan terjadi pada Desember, atau bahkan bisa lebih ekstrim kemungkinan baru akan diturunkan pada tahun depan.

Baca Juga: Kawasan Asia Tenggara Berpotensi Jadi Key Leader Industri Kripto Global

"Kalau dilihat higer for longer saya percaya bahwa paling tidak tahun ini, namun tidak dalam waktu singkat di Mei-Juni tidak akan mereka menurunkan suku bunga. Desember atau tahun depan itu juga akan melihat kondisi selama waktu akan kita lampau tadi apakah The Fed cukup yakin soal itu," kata dia belum lama ini.

Asal tahu saja, jika tren bunga tinggi masih tetap bertahan bahkan terus naik, maka hal ini akan berdampak pada kredit perbankan, dimana bank akan semakin hati-hati dalam menyalurkan kreditnya, saat nasabah juga akan semakin terbebani dengan bunga kredit yang terus naik.

Alhasil pertumbuhan kredit bisa menurun performanya karena masyarakat menunda untuk pengajuan kredit baru.n 

Selanjutnya: Sell in May and Go Away Datang Lebih Awal

Menarik Dibaca: Berikut Daftar 4 Tontonan Terbaru Netflix Rilis Hari Ini (25/4)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×