kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana giro perbankan naik tinggi, ini alasannya menurut para bankir


Minggu, 01 November 2020 / 19:32 WIB
Dana giro perbankan naik tinggi, ini alasannya menurut para bankir
ILUSTRASI. Petugas Teller PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. menghitung uang kertas di salah satu Kantor Cabang Bank BTN Jakarta. /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama masa pandemi Covid-19, tren pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan terus melejit. Terutama untuk dana giro. Hal ini utamanya menurut beberapa bankir disebabkan kebanyakan nasabah memilih untuk memarkir dananya di bank sebagai langkah antisipasi menghadapi perlambatan ekonomi. 

Data Bank Indonesia (BI) per September 2020 menunjukkan total DPK telah naik 12,1% secara year on year (yoy) hingga menembus Rp 6.383,8 triliun. Bahkan lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Bila dirinci, peningkatan itu didominasi oleh dana giro yang tumbuh 22,9% secara tahunan menjadi Rp 1.603,9 triliun. 

Berdasarkan golongan nasabahnya, kebanyakan dana giro itu berasal dari segmen korporasi yang tumbuh signifikan sebesar 27,3% yoy per September 2020 menjadi Rp 1.157,2 triliun. 

Beberapa bank yang dihubungi Kontan.co.id, Minggu (1/11) mengamini hal tersebut. Salah satunya PT Bank Mandiri Tbk yang mencatat kenaikan giro sebesar 30,78% secara yoy dari Rp 214,1 triliun di akhir September 2019 menjadi Rp 280,1 triliun pada akhir September 2020 lalu. 

Baca Juga: Dari BCA hingga BNI, aset bank-bank jumbo masih naik dua digit di kuartal III

Dalam presentasi perusahaan, peningkatan giro ini justru berbuah manis. Secara year to date (ytd) biaya dana atau cost of fund (CoF) giro Bank Mandiri terus mencatatkan penurunan dari 1,96% di Maret 2020 menjadi 1,95% di September 2020 dengan posisi terendah ada di Juni 2020 sebesar 1,94%. 

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan membenarkan bahwa salah satu pendorong kenaikan giro Bank Mandiri pada periode September 2020 adalah situasi ketidakpastian ekonomi yang saat ini masih terasa sebagai dampak dari pandemi virus corona. 

Dia memperkirakan tren peningkatan DPK di perbankan bakal terus berlanjut. "Dari situasi ini, kami memperkirakan masyarakat cenderung menyimpan dananya di bank yang memiliki tingkat kecukupan modal dan likuiditas yang baik," kata Rully. 

Bank berlogo pita emas ini menambahkan, pada produk Mandiri Giro memang saat ini kontribusi terbesar disumbang oleh nasabah pelaku usaha, terutama dari segmen wholesale. 

Pihaknya tentu berharap tren ini bisa terus berjalan hingga akhir tahun 2020, mengingat masih berlangsungnya pandemi. Namun, Bank Mandiri tidak spesifik menyebutkan target pertumbuhan giro di tahun ini alis konservatif. 

Hal serupa juga terjadi di PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Bank dengan kode emiten BBTN ini mencatat dana giro naik sebesar 22,72% secara tahunan dari Rp 51,12 triliun menjadi Rp 62,74 triliun. Berkat kenaikan giro itu, rasio dana murah (current account and saving account/CASA) Bank BTN pun mulai bergerak hingga mencapai 47,03%. 

Namun, posisi rasio tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya yang sempat mencapai 50,93%. Hal itu disebabkan masih dominannya dana mahal (deposito) di Bank BTN. 

Menurut Direktur Distribution and Retail Funding Bank BTN Jasmin, kenaikan giro memang menjadi salah satu strategi bisnis perusahaan dalam menopang CASA di kala pandemi. 

Sasaran utama perseroan adalah giro kelembagaan yang berasal dari nasabah kementerian, lembaga atau perusahaan swasta dan BUMN, yang diakui Jasmin selama ini pihaknya belum pernah masuk secara insentif. 

Dia juga meramal pertumbuhan giro akan lebih tinggi, sejalan dengan strategi perseroan yang tengah aktif menjajal kerjasama. "Tren ke depan sampai dengan akhri tahun masih cenderung naik," katanya. 




TERBARU

[X]
×