Reporter: Roy Franedya | Editor: Johana K.
JAKARTA. PT DBS Indonesia dan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) memberikan fasilitas kredit sindikasi sebesar US$ 110 juta PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) dengan tenor pinjaman selama 5 tahun. Dalam kredit sindikasi ini HSBC akan bertindak sebagai lead arranger. Masing-masing bank asing ini memberikan pinjaman sebesar US$ 55 juta.
Chief Executive Officer HSBC Rakesh Bhatia mengatakan, penyaluran kredit ke BGA dikarenakan kondisi perusahaan yang baik. "Prospek perusahaan sangat bagus dan industri bagus karena terus bertumbuh," ujarnya.
Direktur Utama DBS Indonesia Hendra Gunawan mengatakan, sebenarnya dalam penyaluran kredit DBS memiliki fortofolio yang merata. "kami memang agak sedikit fokus untuk sektor perkebunan terutama kelapa sawitt karena sektor ini memiliki competitive advantage di Indonesia," ujarnya.
Hendra bilang penyaluran kredit ke BGA bukan yang pertama. Maklum, BGA adalah salah satu debitur tetap DBS Indonesia. "Namun, penyaluran kredit sindikasi baru kali ini. Kami ingin berbagi rejeki dan resiko dengan bank lain," tambahnya.
Senior Manager Legal BGA Erwin Suryadi Setiawan mengatakan, pinjaman tersebut digunakan untuk pembiayaan selama 2010 "Lima tahun kedepan kami berharap bisa melakukan pembiayaan sendiri," ujarnya.
Erwin menambahkan, dana ini digunakan untuk pembelian aset, refinancing, pengembalian dana ke stakeholder, serta biaya belanja modal anak usaha." Saat ini BGA punya 13 anak usaha. Dana DBS dan HSBC untuk tiga anak usaha. Pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan," tukasnya.
Sebelumnya, minggu lalu BGA juga telah mendapatkan fasilitas kredit dari Bank Mandiri sebesar US$ 80 juta. " Ini untuk dua anak usaha," terangnya.
Catatan saja, BGA Grup adalah unit usaha dari kelompok bisnis Harita Grup yang bergerak dalam bisnis perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Saat ini, BGA memiliki areal tanam seluas 94 ribu hektar yang tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Riau. BGA menargetkan luas area tanam mencapai 200 ribu hektar pada 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News