Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. DBS mengumumkan secara kolektif memimpin konsorsium sembilan bank guna meluncurkan struktur pembiayaan proyek senilai US$ 625 juta untuk smelter High Pressure Acid Leach (HPAL) milik PT Halmahera Persada Lygend (PT HPAL).
PT HPAL menjadi perusahaan pertama di Indonesia dalam memanfaatkan teknologi HPAL untuk membuat campuran endapan nikel-kobalt hidroksida (MHP) dan nikel sulfat, yang menjadi bahan baku utama pembuatan baterai listrik.
Seiring dengan pertumbuhan permintaan global untuk kendaraan listrik atau Electric Vehicles (EV), permintaan untuk penyimpanan dan baterai logam juga akan meningkat.
Oleh karena itu, smelter HPAL akan memainkan peran utama dalam rantai pasokan EV guna memenuhi permintaan EV yang terus meningkat secara global, karena konsumen dengan kesadaran tinggi akan lingkungan berupaya mempertahankan mobilitas pribadi sekaligus mengurangi emisi karbon. Penjualan EV diperkirakan akan naik 41,9 persen menjadi lebih dari 4,4 juta unit pada 2021.
Tan Su Shan, Group Head Institutional Banking dan Presiden Komisaris PT Bank DBS Indonesia, mengatakan bahwa transaksi itu mendukung ambisi Indonesia untuk industri manufaktur kendaraan listrik dan baterai.
Baca Juga: Daftar terbaru bunga deposito bank pada tengah pekan ini, tertinggi 4,88%
“Dengan Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, kami sangat senang dapat mendukung rencana negara ini mengembangkan rantai pasokan EV global di dalam negeri dengan membantu memajukan perusahaan di industri dengan pertumbuhan tinggi, seperti PT HPAL, yang juga memperhatikan dampak LST mereka,” kata Tan dalam keterangan tertulis pada Kamis (1/4).
DBS ditunjuk sebagai salah satu koordinator utama untuk memfasilitasi pembiayaan proyek tersebut mengingat rekam jejak kuatnya dalam memberikan saran kepada nasabah tentang struktur pembiayaan untuk proyek sejenis.
Dalam perannya sebagai Koordinator Utama dan Mandated Lead Arranger, DBS mengembangkan struktur pembiayaan yang dapat secara tepat menjawab berbagai tantangan dalam tahap pengembangan proyek dan dampak dari paparan terhadap harga patokan - keduanya merupakan hal umum dalam proyek smelting.
DBS juga memainkan peran penting dalam membantu dan mengkoordinasikan alur kerja uji tuntas untuk mendukung bank anggota konsorsium itu melalui proses kredit mereka dan menyampaikan solusi untuk berbagai permasalahan sebagai agen fasilitas dalam pembiayaan tersebut.
“Pemahaman kuat DBS terhadap proyek, pasar komoditas, dan teknologi baterai memegang peran penting dalam memimpin secara kolektif beragam kelompok bank dengan tingkat pemahaman berbeda-beda terhadap teknologi peleburan dan baterai, untuk pada akhirnya memberikan solusi pembiayaan yang disesuaikan untuk PT HPAL,” kata Tan menambahkan.
Baca Juga: Astra Sedaya Finance akan tawarkan obligasi sebesar Rp 2,5 triliun
Untuk meningkatkan dukungannya kepada perusahaan yang ingin memenuhi ambisi keberlanjutannya, DBS berkomitmen pada proyek energi terbarukan, energi bersih, dan proyek ramah lingkungan dengan nilai S$ 50 miliar pada 2024, dua kali lipat lebih dari target sebelumnya, S$ 20 miliar.
Pada 2020, DBS menyelesaikan transaksi pembiayaan berkelanjutan senilai S$ 9,6 miliar, naik 81% dari tahun sebelumnya. DBS juga menjadi bank Singapura pertama yang menawarkan Pembiayaan Transisi dan meluncurkan kerangka kerja dan taksonomi keuangan transisi dan berkelanjutan pertama di dunia untuk membantu nasabah meraih kemajuan dalam perjalanan keberlanjutan mereka.
Selanjutnya: Bunga deposito awal pekan: Bunga BCA 2,85%, BRI 3,25%, Bank Mandiri 3,13%, BNI 3,13%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News