kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Di tengah pandemi, bank masih setengah hati turunkan bunga kredit


Kamis, 23 April 2020 / 20:10 WIB
Di tengah pandemi, bank masih setengah hati turunkan bunga kredit
ILUSTRASI. Perbankan pun masih enggan untuk menurunkan suku bunga kredit.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2020, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan tingkat suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate (7DRR) sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 4,5%. Kendati demikian, di tengah kondisi ekonomi yang melemah akibat wabah virus corona (Covid-19) perbankan pun masih enggan untuk menurunkan suku bunga kredit.

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id menilai penurunan suku bunga kredit memang sangat bergantung pada tingkat rasio likuiditas dan risiko kredit yang dihadapi perbankan. Menurut Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Anggoro Eko Cahyo, sejatinya arah bunga simpanan dan kredit BNI sudah bergerak turun sejak tahun lalu sekitar 25-50 bps.

Namun, penurunan bunga kredit memang bisa lebih lama ketimbang suku bunga dana. Sebab, secara teknis setiap bank punya pertimbangan masing-masing dalam menetapkan bunga kreditnya. Antara lain dengan melihat kondisi likuiditas saat ini dan ke depannya, seperti loan to deposit ratio (LDR) atau rasio intermediasi makroprudensial (RIM) yang ingin dijaga sepanjang tahun. "Komposisi dana pihak ketiga (DPK), level NIM yang diekspektasikan dan benchmark suku bunga di pasar (juga menjadi pertimbangan)," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/4) malam.

Nah, untuk BNI menurut Anggoro sejak kuartal II 2019 sebenarnya sudah menurunkan bunga kredit sekitar 50 bps secara bertahap.

Baca Juga: Bank hati-hati di sektor minyak, dua trader minyak Singapura klaim kondisi sehat

Di sisi lain, Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Hery Gunardi mengatakan pihaknya masih berhitung untuk melihat peluang penurunan suku bunga kredit. Tentunya dengan memperhatikan suku bunga bank pesaing dan tingkat efisiensi Bank Mandiri. "Kami melihat masih ada kemungkinan ruang untuk turunkan bunga kredit tahun ini," ujarnya.

Menurutnya, pemangkasan suku bunga ini akan lebih efektif apabila perbankan memiliki kelonggaran likuiditas dalam menyalurkan kredit. Oleh karena itu, Bank Mandiri akan berupaya menyesuaikan suku bunga sejalan dengan upaya regulator dan pemerintah namun dengan tetap memperhatikan faktor biaya dan efisiensi.

Sedikit berbeda, Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha mengakui kalau di tahun 2020 ini pihaknya tak banyak menurunkan bunga kredit. Alasannya, posisi bunga kredit Bank Jatim saat ini masih terbilang rendah.

Alih-alih tetap mencari kredit baru, Bank Jatim justru mulai melakukan promosi. "Menurunkan suku bunga, menurunkan pendapatan bunga secara jangka panjang," kata dia.

Baca Juga: Tertinggi sedunia, BI minta bank penerbit kartu kredit segera turunkan bunga

Lagipula, di tengah pandemi seperti saat ini permintaan kredit baru relatif sepi. Kalaupun ada, mayoritas berbentuk kredit tanpa agunan (KTA) atau kredit berbasis payroll. Sebagai gambaran saja, per Maret 2020 suku bunga dasar kredit (SBDK) Bank Jatim untuk kredit korporasi terbilang rendah 6,45%, kredit ritel 7,39%, kredit mikro 11,79%, KPR 7,52% dan kredit konsumer non KPR 9,04%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×