Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit mikro perbankan sepanjang 2023 mencatat pertumbuhan yang positif. Namun, pertumbuhan tersebut ditopang oleh kredit mikro yang bersifat non subsidi.
Dalam hal ini, kategori kredit mikro subsidi adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan program pemerintah. Di mana, realisasi penyaluran KUR di tahun 2023 memang di bawah target yaitu Rp 260,25 triliun atau sekitar 87,63% dari total target.
Misalnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatat total outstanding kredit mikro sebesar Rp 496,6 triliun sepanjang 2023. Outstanding kredit mikro yang non subsidi, salah satunya Kupedes melesat 64,3% menjadi Rp 212,3 triliun.
Sebaliknya, outstanding KUR BRI di 2023 justru terkoreksi 12,6% yoy menjadi Rp 219,9 triliun. Kondisi tersebut pun menurunkan kontribusi KUR terhadap total outstanding kredit mikro dari 55,93% menjadi 44,28%.
Baca Juga: Cek Rekomendasi BRI (BBRI) yang Cetak Kinerja Moncer di Tahun 2023
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy hanya mengungkapkan bahwa kredit segmen mikro ini masih menjadi penopang utama kredit UMKM di tahun ini. Ia juga bilang secara umum kredit di BRI lebih tinggi dibandingkan secara industri.
“Secara umum BRI optimistis penyaluran kredit di tahun ini dapat lebih baik dibandingkn dengan penyaluran kredit di 2023,” ujar Hendy.
Kondisi yang sama juga terjadi pada PT Bank Mandiri Tbk yang mencatat kredit mikro sebesar Rp 168 triliun. Kredit mikro Bank Mandiri yang non subsidi dalam hal ini KUM juga tumbuh agresif 32,9% yoy menjadi Rp 20,5 triliun.
Sementara itu, KUR yang dicatat Bank Mandiri sepanjang 2023 senilai Rp 62,3 triliun. Meskipun lebih besar secara nilai, pertumbuhannya hanya 0,42% YoY.
Sedikit berbeda, kredit mikro yang dicatat PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menunjukkan penurunan 12,6% menjadi Rp 84,9 triliun. Namun dengan pola yang sama, kredit mikro BNI yang non subsidi terkoreksi lebih kecil dibandingkan KUR.
Outstanding KUR BNI sepanjang 2023 tercatat Rp 44,1 triliun atau turun 16,3% yoy. Sementara, kredit mikro non subsidi milik BNI hanya turun 8,3% menjadi Rp 40,8 triliun.
General Managing Divisi Bisnis Usaha Kecil BNI Sunarna Eka bilang kredit mikro non subsidi lebih memiliki keunggulan di fleksibilitas fitur dan produk. Di mana, nilai yang disalurkan bisa melebihi plafon KUR yang didapat.
“Kalau KUR kan terbatas plafonnya hanya sampai Rp 500 juta dengan selektif dan tergantung kondisi market yang ada sekarang,” Ujar Sunarna.
Dari sisi pendapatan bunga, Sunarna memang menyadari ada perbedaan dari yang didapat kredit mikro subsidi maupun non subsidi. Namun, ia melihat tak ada perbedaan signifikan.
“Penyalur KUR kan juga mendapat subsidi dari pemerintah,” tambahnya.
Meski demikian, Sunarna melihat tren kredit mikro subsidi seperti KUR ke depan perlahan akan semakin turun. Ini sejalan dengan adanya peningkatan graduasi UMKM atau biasa dikenal dengan naik kelas.
Amin Nurdin, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) melihat memang faktor bunga yang lebih menguntungkan membuat kredit mikro non subsidi lebih digenjot oleh perbankan dalam penyaluran kreditnya.
“Ya benar bunganya lebih besar yang non subsidi,” ujarnya.
Baca Juga: Terus Meningkat, Himbara Pastikan Kualitas Kredit Ke BUMN Tetap Baik
Namun, ia juga melihat ada faktor lain yang bisa memoengaruhi kondisi tersebut. Di antaranya adalah UMKM naik kelas dan segmen KUR yang dinilai terbatas.
“Tapi kalau UMKM naik kelas itu tidak banyak,”
Ekonom senior yang juga direktur eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah turut memberikan pandangannya. Menurutnya saat ini banyak bank yang tidak mencari nasabah baru dalam penyaluran KUR.
Dalam hal ini, bank lebih banyak menyalurkan KUR untuk nasabah-nasabah lama yang berganti rupa. Alasannya, faktor kualitas kredit yang secara historis lebih baik.
Di sisi lain, Piter juga berpendapat bahwa sejatinya KUR justru lebih menguntungkan bank. Namun, memang kondisi saat ini bank dinilai tidak memiliki dorongan besar untuk menyalurkan kredit ke sektor UMKM karena kondisi likuiditas ketat.
“Permintaan kredit juga rasanya turun,” tandas Piter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News