kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dibanjiri relaksasi, ini strategi industri multifinance jaga pembiayaan


Kamis, 04 Maret 2021 / 13:40 WIB
Dibanjiri relaksasi, ini strategi industri multifinance jaga pembiayaan
ILUSTRASI. Suasana pameran otomotif MUF. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tahun ini industri multifinance dibanjiri relaksasi. Salah satunya guna membantu keuangan industri multifinance, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan relaksasi aturan 2,5% biaya pendidikan dan pelatihan bagi karyawan.

Hal itu tertuang dalam POJK Nomor 58/POJK.05/2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank.

Selain itu  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan relaksasi kepada perusahaan pembiayaan (multifinance) dalam rangka pemenuhan likuiditas perusahaan, terutama untuk perusahaan yang memiliki nilai ekuitas lebih dari Rp 100 miliar.

Dengan nilai penerbitan paling banyak Rp 100 miliar, keringanan yang bisa didapatkan multifinance dalam menerbitkan surat utang yakni tidak dilakukannya pemeringkatan dengan hasil pemeringkatan minimal layak investasi yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat yang telah memiliki izin usaha dari OJK.

Baca Juga: Tingkatkan kolektibilitas di tengah pandemi, Adira Finance kenalkan inovasi CDM

Kendati demikian, pembiayaan di Januari ternyata masih menurun dibandingkan Desember 2020. Berdasarkan statistik Lembaga Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), piutang pembiayaan neto multifinance per Januari 2021 sebesar Rp365,72 triliun, tercatat turun 18,6% (yoy) dan belum pernah sekali pun naik sejak Maret 2020.

Berdasarkan kegiatan usaha, portofolio andalan di lini pembiayaan konsumen turun 19,6% (yoy) menjadi Rp220,2 triliun pada Januari 2021. Adapun, pembiayaan investasi Rp 108,98 triliun tercatat turun 18,11% (yoy).

Piutang di lini pembiayaan modal kerja turun 5,54% (yoy) menjadi Rp 24,95 triliun, piutang di pembiayaan lain-lain nilainya naik 7,28% (yoy) kendati nilainya tak signifikan, hanya Rp 176 miliar. Sementara piutang berdasar prinsip syariah turun paling dalam hingga 27,9% (yoy) menjadi Rp 11,4 triliun.

PT Mandiri Utama Finance (MUF) mengungkapkan, dalam menjaga pembiayaan di tahun ini pembiayaan akan dilakukan dengan lebih optimis dibanding tahun 2020 tetapi tetap dengan kehati-hatian yang tinggi, sehingga harapan untuk dapat membukukan pembiayaan lebih tinggi dari tahun lalu dengan kualitas tetap terjaga dapat dicapai.

"Proyeksi makro ekonomi yang diperkirakan akan lebih baik dari tahun lalu sementara di sisi lain tetap mencermati perkembangan pandemic Covid-19 yang mengindikasikan belum akan tuntas dalam waktu dekat," kata Presiden Direktur MUF Stanley Setia Atmadja kepada kontan.co.id, Rabu (3/3).

Stanley menjelaskan, khusus untuk segmen mobil baru yang mendapatkan relaksasi PPnBM mulai 1 Maret 2021, sebagaimana yang disampaikan GAIKINDO diproyeksikan akan terjadi kenaikan penjualan dibanding proyeksi awal. "Kenaikan penjualan ini pastinya akan turut mendorong kenaikan pembiayaan khususnya mobil baru," katanya.

Sampai saat ini MUF telah memberikan restrukturisasi kepada debitur terdampak krisis Covid-19 dengan jumlah mendekati 30% dari total portfolio MUF.

Sementara itu dalam menjaga pembiayaan di tahun ini PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance atau CNAF) memiliki sejumlah strategi, dengan tetap memfokuskan Transformasi Digitalisasi secara menyeluruh untuk dapat memberikan rasa nyaman dan aman terhadap calon nasabah CIMB Niaga Finance dalam mengajukan Pembiayaan.

Baca Juga: MTF cari pendanaan hingga Rp 15 triliun pada tahun ini

Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman mengatakan, CNAF memproyeksikan pertumbuhan penyaluran kredit ada dikisaran di atas 20%. "Angka tersebut kita sangat yakin melihat keseriusan pemerintah dalam meningkatkan gairah transaksi kendaraan melalui relaksasi PPnBM, Perhitungan ATMR juga Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia," ujar Ristiawan.

Disamping itu menurutnya, program vaksinasi yang dicanangkan oleh pemerintah juga menjadi angin segar untuk CNAF. Semua itu menambah kepercayaan diri CNAF  untuk dapat melewati pertumbuhan kredit lebih daripada proyeksi awal (15%-20%).

"Pertumbuhan kredit belum begitu terlihat di bulan Januari dan February tahun 2021 karena masyarakat masih menunggu realisasi relaksasi PPnBM yang baru efektif di 1 Maret 2021. Sementara, restrukturisasi sudah ada di level lebih dari 20% dengan total nilai pokok hutang sebesar Rp 1,2 triliun," imbuh Ristiawan.

PT Mandiri Tunas Finance (MTF) mengungkapkan, secara siklus pembiayaan di Januari cenderung turun dibandingkan dengan Desember. Ditambah himbauan pemerintah untuk masyarakat lebih disiplin dalam pelaksanaan prokes covid-19. "Dan khusus Januari 2021 bila dibandingkan dengan Januari 2020 agak berbeda situasi dan kondisinya," kata Direktur Keuangan MTF Armendra.

Armendra mengatakan, pada tahun 2021 optimis industri otomotif akan pulih namun memang belum 100%, indikasi PMI Index 5,23 menunjukkan akan ekpansif manufacturing termasuk otomotif di dalamnya. Serta Menunjukkan saling kepercayaan dari unsur ekosistem tersebut.

"Relaksasi pemerintah PPnBM dan DP akan mendorong dari sisi demand, sisi supply pun akan beroperasi untuk menghasilkan ouput yang optimal. Relaksasi pun berangsur pulih, di tunjukkan dengan kembalinya lebih 90% nasabah kami untuk dapat melakukan kembali angsuran," jelas Armendra.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, angin segar dari berbagai relaksasi yang diberikan oleh pemerintah dan otoritas yang mulai berlaku pada Maret 2021 ini bisa jadi momentum peningkatan.

"Kendati demikian, beragam relaksasi ini tak akan berpengaruh banyak apabila penanganan pandemi dan daya beli masyarakat masih stagnan. Oleh sebab itu, kami belum berani memasang target pertumbuhan baru, kami masih mematok proyeksi pertumbuhan aset piutang industri pada akhir 2021 naik 5% dibanding tahun sebelumnya," jelas Suwandi.

Suwandi menyebut, pihaknya akan melihat tren pembiayaan pada kuartal II/2021. Dengan banyaknya relaksasi di beberapa sektor, pihaknya meyakini demand pembiayaan akan ada pertumbuhan. Kendati begitu, menurutnya tergantung juga kepada daya beli masyarakat. Apabila daya beli masyarakat masih rendah, belum tentu perusahaan pembiayaan berani untuk menyalurkan.

Selanjutnya: Kejar target pembiayaan, BCA Finance andalkan pendanaan joint financing dengan BCA

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×