Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Setelah tiga bank BUMN, kini giliran Bank Mandiri menetapkan pembagian dividen sebesar 20% atau Rp 2,45 triliun dari laba bersih 2011 senilai Rp 12,24 triliun. Pemegang saham juga menyetujui alokasi dana Rp 9,31 triliun atau 76% dari laba bersih sebagai laba ditahan untuk memperkuat permodalan.
Rasio dividen ini lebih rendah dari periode sebelumnya. Tahun lalu, perseroan membagikan dividen sebanyak 35% dari laba 2010 atau senilai Rp 3,23 triliun. Jadi, dari sisi nilai maupun prosentase, setoran dividen Bank Mandiri sudah lebih enteng.
Direktur Utama Bank Mandiri, Zulkifli Zaini, mengatakan, penurunan dividen memberikan peluang bagi manajemen meningkatkan penyaluran kredit. Tahun 2012, pihaknya membidik pertumbuhan kredit antara 20%-22%. "Dengan penurunan dividen kami harap bisa tumbuh di atas target," kata Zulkifli, Senin (23/4).
Pada kuartal I-2012 pertumbuhan kredit mencapai 29% atau menjadi Rp 325 triliun (unaudited) ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 251,8 triliun.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury menuturkan, pihaknya akan meningkatkan kredi ritel, khususnya untuk sektor mikro dan business banking. "Kuartal I-2012 pertumbuhannya sudah mencapai 60%," ucap Pahala.
Bank Mandiri menggenjot kredit lantaran sedang mengejar target rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) minimal 78%. Berdasarkan laporang keuangan Desember 2011, LDR naik menjadi 74%, dari periode sebelumnya 67%.
Selain kredit ritel, bank beraset terbesar ini juga membidik kredit infrastruktur. Antara lain proyek jalan tol Cikampek-Palimanan, jalan tol di Bali, pelabuhan, lapangan terbang dan pembanguan rel kereta api ke Bandara Soekarno Hatta serta kereta listrik dalam kota.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Riswinandi menambahkan, pihaknya berupaya memimpin kredit sindikasi dalam proyek-proyek jangka panjang tersebut. "Ada potensi pembiayaan antara Rp 25 triliun-Rp 30 triliun," katanya. Tahun ini, perseroan menargetkan penarikan bisa sampai Rp 10 triliun.
Obligasi rekapitalisasi
Menurutnya, yang perlu diperhatikan dari kredit infrastruktur ini adalah sumber dana. Pasalnya, kredit jenis ini berjangka waktu hingga 10 tahun dan pencairannya bertahap sesuai kebutuhan debitur. Untuk sumber dana, Bank Mandiri akan menjual sisa obligasi rekapitalisasi.
Saat ini, obligasi rekapitalisasi Bank Mandiri sebesar Rp 78 triliun, yang terdiri dari available for sale sebesar Rp 54 triliun dan hold to maturity atau wajib memegang sampai jatuh tempo sebesar Rp 24 triliun. Untuk melepas obligasi rekapitalisasi, perseroan menyiapkan tiga strategi.
Pertama, menjual langsung ke pasar. Kedua, menjual ke BI untuk digunakan sebagai instrumen moneter. Ketiga, mengupayakan agar pemerintah mem-buyback obligasi rekapitalisasi.
Zulkifli menambahkan, menyalurkan kredit infrastruktur lebih untung dibandingkan menyimpan obligasi rekapitalisasi. Pasalnya, imbal hasil atau yield hanya sebesar 3% yang mengacu pada Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan.
Sedangkan, untung dari bunga kredit infrastruktur bisa mencapai 9%-10%. Sehingga margin bunga bersih (NIM) akan naik. Tahun 2012 ini, Mandiri menargetkan NIM sebesar 5,20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News