kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.880.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.260   50,00   0,31%
  • IDX 6.928   30,28   0,44%
  • KOMPAS100 1.008   6,44   0,64%
  • LQ45 773   2,07   0,27%
  • ISSI 227   2,98   1,33%
  • IDX30 399   1,47   0,37%
  • IDXHIDIV20 462   0,59   0,13%
  • IDX80 113   0,62   0,55%
  • IDXV30 114   1,38   1,22%
  • IDXQ30 129   0,27   0,21%

Dorong ekspor pesawat, LPEI siapkan skema buyer’s credit


Rabu, 30 Oktober 2019 / 19:03 WIB
Dorong ekspor pesawat, LPEI siapkan skema buyer’s credit
Pesawat CN235-220 produksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pesanan militer Nepal di Hanggar PTDI, Bandung.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) akan menerapkan skema buyer’s credit untuk ekspor pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Ini dilakukan, karena PTDI kerap kesulitan pembiayaan, padahal produsen pesawat asli tanah air tersebut punya pasar ekspor yang menjanjikan.

Skema buyer’s credit memberikan kemudahan bagi para calon mitra dagang Indonesia yang berminat melakukan transaksi perdagangan produk maupun jasa asal Indonesia.

Baca Juga: LPEI biayai PT DI ekspor pesawat terbang CN 235-220 ke Nepal  

“Melalui buyer’s credit nanti kami misalnya akan memberikan fasilitas pembiayaan ke PTDI, namun yang akan mencicil adalah yang memesan pesawat kepada PTDI,” kata Senior Executive Vice President I LPEI Yadi J. Ruchandi, Rabu (30/10) di Bandung.

Yadi menambahkan, LPEI telah membidik potensi pembiayaan via buyer’s credit dari sejumlah negara macam Filipina, dan beberapa negara di Afrika untuk industri dirgantara nasional. Walaupun saat ini belum ada fasilitas buyer’s credit yang diberikan LPEI di industri dirgantara.

Meski demikian, Yadi bilang LPEI belum lama ini telah menginisiasi skema buyer’s credit di industri infrastruktur ke negara-negara Afrika.

“Untuk infrastruktur kami sudah di kawasan Afrika dengan menggandeng PT Wijaya Karya, PT Timah, dan PT Angkasa Pura. Nilainya mencapai US$ 500 juta, dan saat ini sedang due diligence, mungkin 2020 bisa realisasi,” lanjutnya.

Baca Juga: Kinerja moncer, laba bersih Mandiri Syariah melesat 100% di kuartal III 2019

Sementara dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro menjelaskan, banyak potensi kontrak produksi pesawat dari sejumlah negara yang gagal disepakati lantaran perseroan tak mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan.




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×