kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

DPK bank swasta tumbuh melambat, simak strategi tiga bankir ini


Rabu, 30 Januari 2019 / 21:10 WIB
DPK bank swasta tumbuh melambat, simak strategi tiga bankir ini


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, likuiditas masih akan menjadi tantangan bagi perbankan. Sumbernya terutama akibat tersendatnya upaya menghimpun dana pihak ketiga (DPK).

"Tahun ini likuditas memang sulit, sudah sampai di kondisi yang perbankan sudah tidak bisa ekspansif lagi," kata Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja di sela Diskusi Indef, di Jakarta, Rabu (30/1).

Salah satu penyebabnya menurut Jahja lantaran tahun ini pemerintah berniat menerbitkan 10 kali Surat Berharga Negara (SBN) ritel dengan bunga yang menarik.

Alhasil ia bilang, akan terjadi perpindahan dana yang semula bermuara ke perbankan. Makanya, perbankan menurutnya mesti putar otak mengganti dana yang menguap tersebut.

"Kami juga salah satu mitra distribusi penjualan SBN ritel, yang setidaknya setiap terbit kami bisa menjual hingga Rp 2 triliun. Nah setiap itu pula setidaknya 30% DPK dikanibalkan," sambung Jahja.

Hingga November 2018, total DPK yang dihimpun BCA telah mencapai Rp 614,53 triliun, tumbuh 6,86% (yoy) dibandingkan November 2017 yang mencapai Rp 575,04 triliun.

Padahal jumlah DPK BCA pada November 2017 tumbuh 10,99% (yoy) dibandingkan November 2016 senilai Rp 518,07 triliun.

Hal serupa juga dialami PT Bank Mega Tbk (MEGA). Hingga November 2018 BCA telah menghimpun DPK senilai Rp 58,46 triliun, tumbuh 5,23% (yoy) dibandingkan November 2017 senilai Rp 55,55 triliun.

Pertumbuhan tersebut juga terhitung melambat jika dihadapkan dengan pertumbuhan November 2017 yang tumbuh sebesar 16,31% (yoy) dibandingkan November 2016 senilai Rp 47,76 triliun.

"Isu (likuiditas) di kami memang agak berbeda, karena kita tidak ikut aktif berebut DPK. Strategi kami bagaimana menjaga cost of fund agar dana yang keluar tidak banyak. Kami seimbangkan itu saja," kata Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib dalam kesempatan yang sama.

Meski demikian, Kostaman bilang tahun ini pertumbuhan DPK Bank Mega ditargetkan mencapai double digit. Alasannya, karena tahun ini, Mega akan mulai melakukan ekspansi digital.

Di sisi lain, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) justru mengalami hal sebaliknya. Bank yang telah menggelar paparan kinerja 2018 ini membukukan percepatan pertumbuhan DPK pada 2018.

Sepanjang 2018, NISP berhasil menghimpun DPK Rp 614,53 triliun, tumbuh 10,68 % (yoy) dibandingkan 2017 senilai Rp 113,43. Sementara jika dibandingkan penghimpunan DPK pada 2016 senilai Rp 103,54, pertumbuhannya mencapai 9,55%.

"Pertumbuhan DPK di atas 10% ini merupakan hasil dari penguatan model bisnis dan transformasi yang dilakukan secara konsisten di berbagai aspek," tulis Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja dalam keterangan resminya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×