kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: BPD berskala kecil butuh waktu tangkap dari PBI devisa ekspor


Rabu, 28 September 2011 / 00:07 WIB
ILUSTRASI. Berdasarkan data PIPU Bank Indonesia, bunga deposito tertinggi di bank saat ini sebesar 5,63%.


Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Bank-bank Pembangunan Daerah (BPD) juga bisa ikut menangkap peluang bisnis valuta asing seiring terbitnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang devisa hasil ekspor. Namun hal tersebut juga disesuaikan dengan aset dan modal BPD bersangkutan.

"Dalam konteks seperti ini, yang punya akses lebih adalah bank-bank devisa. Bank skala besar seperti Bank DKI, Bank Jabar, Bank Jatim tidak masalah. Tapi untuk bank daerah yang masih kecil butuh waktu," kata Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas Destri Damayanti Selasa (27/9). Pasalnya, selain dibutuhkan aset dan modal yang besar, perbankan yang ingin masuk ke divisi internasional harus juga memiliki cukup banyak koneksi dan korespondensi dengan bank di luar negeri cukup banyak.

Menurut Destri, kendati bank-bank daerah yang berskala kecil belum bisa terjun di bisnis devisa hasil ekspor, bukan berarti potensi berkembangnya menipis. "Masih ada ruang pertumbuhan di kredit. Rasio kredit terhadap GDP kita masih 27%. Bandingkan dengan Malaysia yang sudah di atas 50%. Pembiayaan lokal mash punya ruang cukup besar," kata Destri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×