kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonom meramal BI mempertahankan bunga 7,5%


Selasa, 07 Oktober 2014 / 09:03 WIB
Ekonom meramal BI mempertahankan bunga 7,5%
ILUSTRASI. Kinerja Penjualan: Suasana kantor pusat PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di Tangerang Selatan, Kamis (28/7/2022). Kinerja Turun di Kuartal I-2023, Unilever Indonesia (UNVR) Tetap Optimistis pada 2023.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia rencananya akan mengumumkan besaran tingkat suku bunga acuan alias BI rate, hari ini (7/10), pasca digelarnya Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulanan. Para ekonom memperkirakan, bank sentral masih akan menahan besaran suku bunga acuan di level 7,5% yang telah bertahan selama 10 bulan belakangan.

Ekonom Universitas Gadjah Mada, Anthonius Tony Prasetiantono memperkirakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dengan alasan jika BI rate diturunkan, maka akan membahayakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dollar Amerika Serikat.

"Namun jika dinaikkan, maka hal itu tidak seiring dengan upaya BI untuk menurunkan suku bunga kredit karena otoritas perbankan (OJK) baru saja membatasi suku bunga deposito," kata Tony kepada KONTAN, Selasa (7/10).

Senada, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti juga memperkirakan BI rate masih akan tetap, karena sebagai antisipasi otoritas moneter ke depan. Sebab, tekanan domestik maupun global, masih membayangi langkah pertumbuhan ekonomi dan inflasi Indonesia ke depan.

Dari dalam negeri, kata Destry, langkah penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang mau tidak mau harus dilakukan. Nah, jika hal ini terjadi, tentu akan mengerek laju kenaikan inflasi.

Untuk mengantisipasi lonjakan inflasi, bank sentral tentu harus melakukan adjustment alias penyesuaian dengan menaikkan tingkat suku bunga kembali. Faktor ini ke depan dinilai masih akan membayangi, sehingga Destry memperkirakan BI belum akan menurunkan BI rate.

"Kalau inflasi naik, suku bunga tidak naik, maka interest rate bisa negatif karena perbedaan yang terlalu jauh," jelas Destry.

Faktor tekanan global berupa langkah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang akan melakukan quantitative easing dan melakukan kenaikan The Fed Fund Rate secara bertahap juga masih akan membayangi Indonesia. "Saya rasa kami tidak berharap BI untuk turunkan suku bunga sekarang, karena tekanan masih membayangi ekonomi Indonesia ke depan," ujarnya.

Setali tiga uang, Ekonom Universitas Atmajaya, Agustinus Prasetyantoko juga memperkirakan bank sentral mempertahankan tingkat suku bunga acuannya. Hal ini lantaran menurut Toko, tingkat inflasi relatif rendah serta likuiditas relatif masih terjaga.

"Tingkat inflasi relatif rendah serta likuiditas masih terjaga meski cenderung ketat. Saya perkirakan BI rate akan tetap di level 7,5%," ucap Toko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×