Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi pasar saham di awal tahun mempengaruhi tren penempatan dana nasabah tajir di perbankan. Untuk sementara waktu, instrumen pasar uang akan menjadi andalan.
General Manager Divisi Wealth Management BNI Henny Eugenia menyebut koreksi pasar saham memang berdampak terhadap volume transaksi investasi dari nasabah tajir BNI.
Namun, ia mengklaim sebagian nasabah justru memanfaatkan momentum ini untuk mencari peluang masuk di harga yang lebih rendah.
“Sejalan dengan prediksi insitusi keuangan lainnya, kami percaya di tahun 2023 pergerakan market sudah dapat diantisipasi. Baik instrumen investasi maupun simpanan di BNI akan terus menjadi produk pilihan nasabah,” ujar Henny kepada Kontan.co.id pada Jumat (20/1).
Baca Juga: Bisnis Wealth Management Perbankan Tumbuh Positif, Naik Dua Digit
Ia menyatakan di tengah tren tingkat suku bunga yang meningkat mengikuti kenaikan suku bunga global, Henny melihat produk simpanan menjadi alternatif penempatan dana nasabah.
Khususnya untuk investor yang sedang menahan diri untuk masuk ke pasar dengan melihat kondisi saat ini, alias wait and see dengan tujuan untuk portofolio rebalancing.
“Hal ini menurut kami tidak akan berlangsung lama, saat market sudah kondusif, investor akan kembali masuk ke instrumen investasi. Penempatan dana nasabah prioritas, baik di produk simpanan maupun produk wealth lainnya seperti investasi dan asuransi kami proyeksikan tumbuh lebih agresif di tahun 2023,” jelasnya.
Ia menambahkan, sebagai bagian dari keuntungan atau privilege untuk nasabah Emerald, BNI menyediakan dedicated relationship manager yang bertugas untuk memberikan financial advisory sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi nasabah.
BNI juga fokus pada pengembangan digitalisasi melalui BNI Mobile Banking bagi nasabah prioritas. Sehingga nasabah dapat langsung bertransaksi investasi reksa dana dan obligasi, melihat perkembangan investasi, maupun memperoleh laporan konsolidasi atas seluruh dananya yang ditempatkan di BNI hanya melalui smartphone.
“Selain itu, di tahun 2023 kami juga melakukan upgrade dengan mengimplementasikan New Wealth Management System berstandar internasional agar dapat memberikan benefit dan layanan yang lebih istimewa lagi untuk nasabah Emerald kami,” tambahnya.
Pada 2022, seiring dengan peningkatan dana kelolaan wealth management di BNI, pertumbuhan dana simpanan tercatat meningkat 12% secara tahunan. Bahkan, Henny dana kelolaan berbasis investasi tumbuh lebih dari 22%. Pertumbuhan nasabah Emerald khususnya di segmen private banking juga tercatat mengalami pertumbuhan yang dominan di tahun ini.
Adapun Direktur Distribusi dan Pendanaan Ritel BTN Jasmin menyebut dinamika kinerja IHSG tidak lepas dari kondisi fundamental ekonomi. Namun BTN masih melihat prospek pertumbuhan bisnis wealth management yang terbatas pada tahun ini.
“Sementara untuk portofolio nasabah prioritas, kami memproyeksikan pergeseran ke aset yang lebih konservatif dan stabil, sebagai contoh obligasi pemerintah. Pertumbuhan bisnis wealth management diproyeksikan naik 20% di 2023 dengan berfokus pada bancassurance dan obligasi pemerintah,” paparnya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Perbankan Terus Mengincar Fulus dari Nasabah Super Tajir
Pertumbuhan jumlah nasabah prioritas naik 17% secara tahunan pada tahun lalu. Adapun pertumbuhan dana kelolaan BTN sebesar 12% secara tahunan per 2022.
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna menyatakan bisnis wealth management cukup menantang di tahun 2023 dibayangi potensi resesi dari negara-negara ekonomi besar seperti Amerika dan Eropa.
Ditambah keadaan suhu politik domestik yang akan menghangat menjelang Pemilu 2024 namun secara fundamental Indonesia sendiri sangat baik.
“BSI cukup yakin bisnis wealth management akan tetap tumbuh pada tahun 2023. Untuk tren tahun 2023, pada sektor money market tahun ini akan diwarnai dengan imbal hasil deposito yang tinggi dibandingkan tahun lalu,” ujar Anton kepada Kontan.co.id.
Menurutnya, pada sektor fixed income, dimana kinerja sukuk yang terpuruk tahun lalu diprediksi akan membaik pada tahun ini mengingat ekspektasi suku bunga BI tidak akan naik seagresif tahun lalu ditambah investor asing juga mulai masuk lagi.
Sedangkan pada pasar saham di tahun 2023 perlu lebih selektif mengingat adanya risiko resesi di negara ekonomi besar.
“Pergeseran portofolio secara besar-besaran kemungkinan kecil terjadi, namun BSI akan mengarahkan nasabah untuk melakukan penyesuaian portofolio sesuai dengan kondisi pasar terkini sehingga diharapkan nasabah mendapatkan imbal hasil yang optimal,” ucap Anton.
Pada tahun 2022, nasabah prioritas BSI mengalami pertumbuhan sebesar 25,77% (ytd) dengan total aset tumbuh sebesar 18,86% (ytd)..
“Proyeksi bisnis wealth management diharapkan dapat tumbuh 30% dari tahun sebelumnya. Adapun strategi yang dilakukan BSI adalah melalui strategi intensifikasi dan ekstensifikasi dana kelolaan serta peningkatan kompetensi dan produktivitas para tenaga pemasar,” tutup Anton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News