Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai mewaspadai potensi munculnya entitas yang melakukan investasi ilegal seiring dengan kecanggihan teknologi informasi melalui smartphone, di sektor jasa keuangan, terutama yang menyasar pasar di daerah.
Seperti diketahui, penetrasi smartphone di daerah sangat tinggi dan sudah masuk ke kalangan menengah bawah. Jika tanpa edukasi memadai, masyarakat di daerah bisa dengan mudah terbujuk investasi melalui layanan smartphone, sementara entitas tersebut belum terdaftar di OJK.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso belum lama ini mengatakan, masih banyak perusahaan berbasis teknologi finansial (financial technology/fintech) yang belum terdaftar di OJK.
Berdasarkan data OJK, terdapat 51 perusahaan fintech berbasis peer-to-peer (P2P) lending yang sudah terdaftar di lembaga tersebut. Dari 51 perusahaan ini, dua perusahaan berasal dari Ternate dan Surabaya, sedangkan sisanya berbasis di Jabodetabek.
Sekretaris perusahaan Reliance Sekuritas Erry TP Hidayat mengatakan, sejatinya setiap perusahaan finansial, sudah diperintahkan oleh OJK untuk melakukan edukasi ke publik. Menjelaskan produk investasi secara detail dan tanpa ditutup-tutupi.
Nah, dalam memilih produk investasi, menurut Erry, harus betul-betul diperhatikan dari sisi izin dan juga return atau imbal hasilnya.
"RELI sendiri aktif melakukan edukasi. Misal kami membuka galeri investasi baik di kampus-kampus, bahkan edukasi investasi di pasar tradisional seperti di Pasar Kamboja dan Pasar Bukit kecil yang berlokasi di Palembang dan Pasar Cikuburuk di Tasikmalaya melalui progam 'Yuk Nabung Saham", ucap Erry, Kamis (19/8).
RELI, ditegaskan Erry, sangat mendukung OJK yang terus mendorong agar perusahaan financial semakin gencar melakukan edukasi ke publik. Dengan edukasi dan literasi keuangan, diharapkan semakin menggerakkan dan menumbuhkan perekonomian.
RELI ingin menghapus kesan seakan-akan pasar modal hanya untuk kalangan tertentu saja. Padahal, masyarakat di daerah, juga memiliki kemampuan untuk berinvestasi.
RELI ingin agar semua lapisan masyarakat mampu mengakses pasar modal, mampu berinvestasi dengan aman sekaligus mendapatkan imbal hasil optimal.
"Kami memiliki berbagai kantor cabang yang tersebar di daerah. Masyarakat yang ingin bertanya seputar investasi, ingin membuka rekening Yuk Nabung Saham, bisa langsung datang ke kantor perwakilan RELI," ucap Erry.
Alasan lain RELI gencar melakukan edukasi literasi keuangan di daerah, selain untuk semakin mendorong peningkatan jumlah investor di pasar modal sekaligus untuk memberi pemahaman utuh seputar investasi sekaligus juga menangkal tawaran-tawaran investasi bodong di daerah yang tetap marak.
"RELI terus mengajak, mengingatkan masyarakat agar semakin sadar pentingnya berinvestasi sekaligus juga mengajak untuk waspada dengan berbagai tawaran investasi bodong," tegas Erry.
Sebagai perusahaan efek, RELI baik sendiri maupun bekerjasama dengan pihak lain seperti BEI, Kampus, Pemda, Komunitas-komunitas, hingga asosiasi, terus melakukan kampanye literasi dan inklusi keuangan dengan tujuan utama agar jumlah investor di pasar modal semakin meningkat.
"Kami mendukung berbagai program OJK, sekaligus ingin berkontribusi mengakselerasi pertumbuhan investor di daerah. Sehingga pemerataan distribusi keuntungan perusahaan tercatat kepada masyarakat dapat dirasakan, dan sekaligus dapat memilikinya sebagai pemegang saham perusahaan tercatat di BEI. Kami mengajak masyarakat di daerah bersama-sama menggerakkan ekonomi," tegasnya.