Reporter: Astri Kharina Bangun |
JAKARTA. Cita-cita PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) go international di kawasan Asia rupanya masih terganjal beberapa ketentuan yang diberlakukan negara tetangga.
"Menyulitkan kami membuka kantor atau cabang di sana. Padahal sebaliknya, bank luar buka di Indonesia lebih mudah. Karena itu, kami minta perlakuan resiprokal kepada negara bank asing itu berasal," kata Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Jumat (12/8).
Negara yang dimaksud adalah Malaysia, Singapura dan China. Kendala di setiap negara berbeda-beda. Di Malaysia misalnya, Bank Mandiri diharuskan membentuk subsidiary (anak perusahaan) dengan modal 300 juta ringgit, kantor cabang dibatasi maksimum 18, pemasangan ATM tidak boleh luar kantor. ATM hanya bisa di kantor cabang dan tidak boleh di areal public termasuk bandara.
Pihak Malaysia menganjurkan mengikuti ATM bersama di malaysia. Namun, dari segi biaya tidak kompetitif. Perbandingannya, biaya transaksi untuk bank domestik 1 ringgit per transaksi sementara asing 4 ringgit per transaksi.
Zulkifli mengaku sudah bernegosiasi dengan pihak Malaysia, khususnya terkait setoran modal minimal. "Kami negosiasi soal 300 juta ringgit. Mereka mau memperlonggar ke 100 juta tapi dalam lima tahun harus tetap dipenuhi 300. Itu yang membuat kami keberatan. Bisnisnya belum terlalu besar, kenapa harus tambah modal?" ungkap Zulkifli.
Sementara itu, kendala di Singapura Bank Mandiri hanya boleh membuka satu kantor, tidak boleh menerima tabungan dari warga negara Singapura dan tidak boleh memasang ATM sama sekali.
Zulkifli menambahkan, Bank Mandiri sudah mengirimkan surat ke BI mengenai detail perlakuan negara lain terhadap Bank Mandiri dan meminta insentif sebagai bank internasional kepada BI. Insentif yang dimaksud, di antaranya diperbolehkan membuka anak usaha lebih dari satu dan mendapat pengecualian BMPK.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News