Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia mengakui terdapat beberapa bank yang tidak bisa mengoptimalkan kredit ke sektor UMKM. Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung menyebut saat ini hanya sekitar 50% dari pelaku industri perbankan yang bisa menyalurkan minimal kredit 20% ke sektor UMKM.
“Sebanyak 50%-nya lagi tidak bisa memenuhinya. Alasannya tidak memiliki keahlian di bidang UMKM. Ini kami buka, kalau tidak memiliki keahlian, bisa disalurkan dengan mitra yang ada,” papar Juda secara virtual pada Jumat (2/7).
Juda merinci mitra yang sudah ada saat ini seperti fintech peer to peer lending, Permodalan Nasional Madani (PNM), Pegadaian, dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Selain itu, mereka juga bisa melakukan pembelian surat berharga.
“Ini kita buka. Aturannya akhir Juli atau awal Agustus kami keluarkan. Namun pemberlakuannya dilakukan secara bertahap. Baru tahun depan rencananya, bank-bank yang tidak bisa penuhi rasio ini akan diberi teguran dan sanksi,” tambahnya.
Baca Juga: Dukung pengembangan UMKM di tengah pandemi, Askrindo beri pendampingan
Ia bilang pemenuhan penyaluran kredit ke UMKM akan dilakukan secara bertahap. Mulai dari 20%, 25%, hingga 30% pada tahun 2024.
Ia menyebut kredit sektor UMKM telah menunjukkan pertumbuhan di tengah pandemi yang masih belum jelas kapan berakhir. BI mencatatkan hingga Mei 2021, kredit UMKM tumbuh 1,7% year on year (yoy) menjadi sekitar Rp 1.093 triliun.
Juda bilang kredit UMKM ditopang oleh sektor usaha kecil tumbuh 13,31% dan menengah naik 8,58%. Sedangkan untuk segmen usaha mikro masih terkontraksi 22,76%.
“Ini berita bagus, karena sektor ini memang sangat terdampak pandemi Covid-19. Dengan membaiknya mobilitas masyarakat, terlihat UMKM cepat melakukan penyesuaian. UMKM dikatakan agile (lincah) terlihat pemulihannya lebih cepat dibandingkan korporasi,” tuturnya.
Juda bilang secara total, pertumbuhan kredit perbankan masih terkontraksi 1,28% yoy pada Mei 2021. Namun hal ini menunjukkan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya yang minus 2,28%.
“Berdasarkan kelompok banknya, bank pembangunan daerah (BPD) tumbuh 6,17%. Bank BUMN tumbuh 3,57%, Bank umum swasta turun 1,28%, dan kantor cabang bank asing (KCBA) negatif 5,08%,” jelasnya.
Berdasarkan segmennya, Juda bilang sektor rumah tangga atau kredit konsumsi mengalami pertumbuhan 1,39%. Begitupun dengan sektor UMKM yang tumbuh 1,7%. Kredit korporasi minus 4,06% dan segmen komersial turun 3,07%.
Selanjutnya: BRI melihat peluang untuk meningkatkan kerek target bisnis di tengah pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News