kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Holding perbankan batal dibentuk, begini strategi pengembangan bank pelat merah


Kamis, 10 Desember 2020 / 21:17 WIB
Holding perbankan batal dibentuk, begini strategi pengembangan bank pelat merah
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di Bank Rakyat Indonesia (BRI). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pembentukan holding perbankan yang bertahun-tahun digodok batal direalisasikan. Dalam Renstra 2020-2024, Kementerian BUMN tak memasukkan holding perbankan, mereka akan fokus menggarap pasar utamanya masing-masing. 

“Kami ingin empat bank ini benar-benar fokus terhadap keahliannya masing-masing. BRI akan kembali fokus ke mikro, saat ini 85% portofolio BRI ada di segmen UMKM. Bank Mandiri akan garap segmen wholesale dan ritel, kemudian BTN dorong kredit perumahan, sementara BNI kami akan dorong ke bisnis internasional,” ungkap Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo kepada KONTAN, Kamis (10/12).

Lebih lanjut pria yang karib disapa Tiko ini menjelaskan arah kebijakan masing-masing entitas.  PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya akan mulai mengurangi eksposurnya ke segmen kredit menengah dan korporasi. 

Baca Juga: Merger bank BUMN syariah, 200 kantor cabang overlapping

Eksposur segmen korporasi BRI perlahan telah mulai dipangkas, per September 2020 senilai Rp 182,3 triliun atau setara 20,7% dari total portofolio senilai Rp 877,5 triliun. Nilai tersebut telah berkurang dibandingkan akhir tahun lalu senilai Rp 191,2 triliun atau setara 22,2% dari total portofolio senilai Rp 859,6 triliun. 

Sementara segmen korporasi dijelaskan Tiko akan dikomandoi oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan akan sedikit disokong oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Penentuan fokus dua entitas ini memang jadi salah satu tantangan yang diakui Tiko. Maklum, keduanya memang punya eksposur di segmen korporasi yang cukup besar. 

“Diakui BNI sebelumnya memang ada overlap dengan Bank Mandiri untuk segmen korporasi. Namun pasar (korporasi) di Indonesia ini cukup besar, dan BNI masih akan bisa berpartisipasi terhadap pembiayaan sindikasi bersama Bank Mandiri. Agar risikonya juga dapat dibagi,” lanjut Tiko. 

Bisnis internasional BNI memang paling unggul dibandingkan bank pelat merah lainnya. Sampai September 2020, pendapatan segmen ini telah tumbuh 27,1% (yoy) menjadi Rp 3,3 triliun. Sementara kantor cabang laur negeri bank berlogo angka 46 ini bahkan menyumbang pendapatan Rp 1,58 triliun atau setara 26,7% terhadap pendapatan perseroan sebelum pajak senilai Rp 5,93 triliun. 

Baca Juga: Hingga Desember, telah dibentuk 224 TPAKD untuk mendukung program PEN

Makanya Tiko bilang, ke depan pengembangan BNI akan diarahkan untuk memperluas jaringannya secara global. Termasuk untuk meningkatkan layanan internasionalnya seperti pembiayaan ekspor, Letter of Credit (L/C), tresuri global, sampai menarik investor asing masuk tanah air. 

“Sementara BTN akan tetap fokus kepada pembiayaan perumahan fokusnya memang untuk  MBR, namun juga bisa masuk ke segmen menengah, karena kami melihat ada booming milenial sehingga ditaksir kebutuhan perumahan non MBR juga akan meningkat,” sambung Tiko.




TERBARU

[X]
×