kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Holding perbankan batal dibentuk, begini strategi pengembangan bank pelat merah


Kamis, 10 Desember 2020 / 21:17 WIB
Holding perbankan batal dibentuk, begini strategi pengembangan bank pelat merah
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di Bank Rakyat Indonesia (BRI). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

Tak cuma buat empat bank pelat merah utamanya, Kementerian juga menyiapkan sejumlah strategi sinergi baik untuk entitas bank pelat merah sampai kepada perusahaan pelat merah di sektor keuangan lainnya. 

Tiga bank syariah entitas anak bank pelat merah yaitu PT Bank BRI Syariah (BRIS), PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah sedang dalam proses penggabungan usaha. Tiko bilang, rencana penggabungan ini bertujuan untuk menciptakan bank syariah yang berskala besar dan global. “Empat sampai lima tahun pascamerger, bisa jadi BUKU 4. Kemudian valuasi bisa dua kali book value di kisaran US$ 8 miliar-10 miliar,” jelas Tiko.

Adapun Ketua Project Management Office (PMO) penggabungan bank syariah Himbara Hery Gunardi bilang di pasar global bank hasil merger bisa berekspansi dalam penerbitan sukuk yang sejatinya masih jarang dilakukan perusahaan dalam negeri. 

Baca Juga: Laju kredit konstruksi diperkirakan akan semakin meningkat

Ini juga akan disingerikan dengan penetrasi di dalam negeri. Mengingat potensi industri syariah juga masih besar. Hery misalnya sudah melakukan pemetaan terhadap pengembangan bank hasil merger.  “Secara total ada 1.200 cabang yang dimiliki tiga bank ini, dimana ada sekitar 200 cabang yang overlapping. Kami akan relokasi ke wilayah dimana ada kehadiran tiga bank ini. Agar penetrasi pasar bank hasil merger dapat meningkat,” katanya kepada KONTAN, Kamis (10/12).

Tak cuma dari perbankan, sinergi juga akan dilakukan antar perusahaan pelat merah. Ini akan terlaksana misalnya dengan pembentukan holding pembiayaan mikro antara BRI, PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). 

Tiko bilang integrasi ini bakal menciptakan efisiensi bisnis sekaligus integrasi yang sangat baik. Terutama buat mendukung pembiayaan mikro yang selama ini masih belum terjangkau secara formal. 

“Total ada sekitar 65-70 juta pelaku usaha ultra mikro, dan baru ada 20-25 juta yang dijangkau keuangan formal. Untuk menjangkau sisanya ini tentu dibutuhkan jaringan yang luas dan sampai ke pelosok. BRI sudah punya ini, termasuk 450.000 agen BRILink, sementara Pegadaian dan PNM yang punya usaha ultra mikro akan sulit memiliki jangkauan tersebut,” paparnya. 

Baca Juga: Dukung cashless socity, Mandiri Online kini bisa hadirkan fitur QR

Makanya salah satu upaya integrasi akan dimulai dengan kerja sama layanan operasi. Tiko bilang sudah ada 75 kantor cabang BRI yang juga akan menyediakan layanan gadai dari Pegadaian dan pembiayaan Mekar dari PNM. 

Selain soal integrasi bisnis, holding disebut Tiko juga bakal dapat mengurangi biaya dana alias cost of fund (CoF) terutama dari Pegadaian maupun PNM. Pendanaan dua perusahaan tersebut sebelumnya mengandalkan penerbitan ruat utang dengan kupon di kisaran 7-19%. 

“Sementara di BRI ada dana melimpah, dan CoF BRI pun masih sangat rendah di kisaran 3%. Sehingga jika terjadi sinergi CoF Pegadaian dan PNM akan menurun drastis, manfaatnya bunga yang dikenakan kepada nasabah pun dapat diturunkan,” sambungnya. 

Selanjutnya: Kredit konstruksi Bank Mandiri tumbuh 21% hingga Oktober

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×