Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan melakukan tiga kali penurunan suku bunga acuan pada tahun 2025.
"Kami memprediksi Bank Indonesia akan melakukan tiga kali penurunan suku bunga acuan pada 2025, yaitu 35 basis poin di kuartal pertama dan 50 basis poin di kuartal kedua, sehingga suku bunga acuan akan turun menjadi 5,25% pada bulan Juni dari 6% saat ini," kata James Cheo, Chief Investment Officer, Southeast Asia for Private Banking and Wealth Management HSBC, Kamis (9/1)
Baca Juga: IHSG Dibayangi Risalah FOMC, Cek Proyeksi dan Rekomendasi Saham untuk Jumat (10/1)
James juga menekankan bahwa penurunan suku bunga ini memperkuat rekomendasi mereka untuk berinvestasi lebih banyak pada obligasi Rupiah dan obligasi berkualitas tinggi yang diterbitkan oleh BUMN.
James melanjutkan dengan proyeksi ekonomi Indonesia pada tahun 2025 yang akan diuntungkan dari pembangunan infrastruktur yang pesat, diversifikasi ekspor, serta konsumsi domestik yang kuat.
"Ekonomi Indonesia kemungkinan akan mengalami investasi yang signifikan di bidang infrastruktur dan permintaan domestik yang sehat. Aktivitas manufaktur di Indonesia yang tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) menunjukkan tanda-tanda awal pemulihan," jelasnya.
Inflasi Indonesia diperkirakan akan tetap di bawah level tengah target Bank Indonesia sebesar 2,5%, dan kebijakan fiskal yang hati-hati akan memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan.
Baca Juga: Bunga Turun, Obligasi Dollar AS Naik Daun
James juga memprediksi bahwa defisit fiskal Indonesia akan tetap berada di bawah 3% dari PDB, memungkinkan pemerintah untuk melanjutkan belanja infrastruktur dan kesejahteraan sosial.
Meskipun nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar (USD-IDR) akan menghadapi tekanan karena penguatan dolar AS, James tetap optimis dengan daya tarik imbal hasil yang ditawarkan oleh Rupiah.
"Kami memperkirakan nilai tukar USD-IDR akan mencapai 16.300 pada akhir tahun," tambahnya.
HSBC GPB juga memandang positif prospek global di tahun 2025. HSBC GPB memperkirakan bahwa aset berisiko akan tetap menjanjikan di paruh pertama tahun 2025, dengan dukungan dari prospek ekonomi global yang sehat, pertumbuhan pendapatan perusahaan, dan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral di berbagai belahan dunia.
"Saham akan mengungguli obligasi, dan kinerja obligasi akan lebih baik daripada simpanan tunai," kata James.
Fan Cheuk Wan, Chief Investment Officer, Asia, Global Private Banking and Wealth HSBC, juga menambahkan pandangan optimisnya, "Sepanjang tahun 2024, portofolio investasi yang terdiversifikasi terbukti jauh lebih unggul dibandingkan hanya menyimpan uang tunai. Kami perkirakan tren ini akan berlanjut di tahun 2025."
Baca Juga: Pasar Obligasi Kuat Selama 2024 Didukung Performa Obligasi Pemerintah
Fan juga memperkirakan bahwa kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang baru akan berdampak positif bagi aset-aset berisiko di AS, memperkuat pandangan mereka untuk overweight taktis pada saham Amerika Serikat dan saham global.
Fan lebih lanjut menjelaskan bahwa kondisi risk-on yang mendominasi pasar mengurangi daya tarik obligasi safe-haven dan HSBC GPB memilih pendekatan investasi obligasi yang lebih aktif, mengingat fluktuasi suku bunga yang meningkat.
HSBC GPB juga berpendapat bahwa risiko geopolitik dan ketidakpastian perdagangan akan mendorong permintaan untuk investasi lindung nilai seperti emas dan hedge funds, serta diversifikasi portofolio.
"Kami memperkirakan bank sentral di berbagai negara, kecuali Bank Sentral Jepang, akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Bank Sentral Amerika Serikat diperkirakan akan terus menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin secara bertahap pada Maret, Juni, dan September 2025," kata Fan.
Selanjutnya: Didukung Produksi dan Harga Emas, Simak Rekomendasi Saham Bumi Resources (BRMS)
Menarik Dibaca: Cara Membersihkan Kuas Makeup yang Benar Menurut Dokter Kulit, Sudah Tahu?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News