Sumber: KONTAN | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. PT IFS Capital Indonesia mencetak laba bersih sampai akhir kuartal III 2009 sebesar Rp 4,5 miliar. Dus, ini lebih tinggi Rp 3,1 miliar daripada laba di periode yang sama tahun lalu.
Melihat kinerja selama sembilan bulan tersebut, Direktur Utama IFS Dennis Firmansyah optimistis, laba bersih perusahaannya sepanjang tahun bisa menembus angka Rp 6 miliar.
Peningkatan laba bersih di tahun ini, kata Dennis, dipicu oleh membaiknya situasi ekonomi makro Indonesia setelah terpukul krisis finansial global, akhir 2008 lalu. Faktor lainnya adalah di bisnis pembiayaan anjak piutang yang merupakan bisnis utama IFS, belum banyak pemain.
"Pemain lain tidak sefokus kami. Mereka lebih banyak fokus di pembiayaan konsumen seperti pembiayaan kendaraan bermotor," kata Dennis, akhir pekan lalu. Karena peluang pasarnya terbuka lebar, "Ini tentu sangat menguntungkan kami," katanya.
Sampai akhir 2009, IFS mengincar pembiayaan baru senilai Rp 210 miliar. Lebih tinggi 20% dibanding dengan pembiayaan baru tahun lalu, yang hanya Rp 175 miliar.
Perinciannya, nilai leasing Rp 120 miliar sedang nilai anjak piutang Rp 90 miliar. "Dari target pembiayaan tahun ini, kami sudah membukukan Rp 150 miliar di akhir kuartal ketiga," ujar Dennis.
Untuk mencapai target akhir tahun, IFS harus menyalurkan pembiayaan senilai Rp 60 miliar dalam dua bulan tersisa. Dennis yakin, target itu tidak susah dicapai.
"Kami baru saja mengantongi kontrak kerja sebesar Rp 70 miliar. Ini tinggal direalisasikan," katanya. Dengan nilai kontrak sebesar itu, IFS yakin bisa mencapai target pembiayaan baru tahun.
Dalam hitungan IFS, di kuartal keempat berbagai proyek infrastruktur milik pemerintah kembali bergulir. Jika prediksi ini benar, tentu permintaan terhadap pembiayaan alat berat ikut naik.
Catatan saja, IFS sempat menghentikan pembiayaan alat berat karena harga komoditas tambang dan kebun di pasar dunia merosot beberapa waktu lalu. Dennis berharap, pembangunan infrastruktur kembali menaikkan bisnis pembiayaan alat berat.
Tingkat kredit bermasalah atau non performing loan IFS di akhir September masih berada di tingkat aman. "Rasio NPL kami tidak sampai sebesar 1%," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News