Reporter: Dina Farisah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Gejolak di pasar saham pada tahun lalu cukup menekan imbal hasil dana pensiun. Kendati potensi gejolak pasar masih ada, perusahaan pengelola dana pensiun masih yakin bisa memetik imbal hasil alias return on investment (RoI) sebesar dua digit pada tahun ini.
Ambil contoh Dana Pensiun (Dapen) Bank Negara Indonesia (BNI). Tahun lalu, Dapen BNI meraih imbal hasil investasi sebesar 13,62%. Di tahun ini, imbal hasil dana pensiun pemberi kerja (DPPK) ini diperkirakan turun sedikit menjadi 11,05%.
Sedangkan dana kelolaan investasi ditargetkan naik menjadi Rp 5,72 triliun pada 2016 dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 5,52 triliun.
"Kami telah memiliki guideline investment, di mana porsi fixed income akan lebih besar," ujar Division Head of Capital Market and Money Market DPPK BNI Teuku Rahmatsyah kepada KONTAN, Rabu (13/1).
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) BNI tak seberuntung DPPK BNI. Imbal hasil investasi DPLK BNI pada tahun lalu cuma sebesar 7,63%. Di tahun bershio Monyet Api ini, DPLK BNI mengharapkan imbal hasil paling sedikit 1,5% di atas bunga deposito.
Dapen Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga berupaya menggenjot imbal hasil di tahun ini. Per November tahun lalu, hasil investasi Dapen BRI sebesar 9,25%.
"Return investasi kami ditargetkan sebesar 10,5% oleh BRI selaku pendiri dana pensiun. Namun apabila semua berjalan sesuai rencana maka kami optimistis dapat mencapai 10,7%," kata Budi Purwanto, Direktur Keuangan Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Portofolio investasi
Dari catatan Teuku, sebanyak 58% dari dana kelolaan DPPK BNI akan dibenamkan untuk instrumen pendapatan tetap seperti obligasi negara ataupun surat utang negara (SUN). Pemilihan SUN oleh DPPK BNI juga spesifik yakni yang bertenor lebih dari 10 tahun. Sedangkan karakteristik obligasi korporasi yang dilirik adalah surat utang berkupon di atas 10%.
Kemudian, 10% dana akan dialokasikan pada instrumen saham dan 9% untuk deposito. Sisanya di sebar untuk diversifikasi portofolio meliputi reksadana, tanah dan bangunan serta penyertaan saham langsung.
Khusus untuk saham, DPPK BNI memilih saham-saham likuid yang terdaftar dalam LQ45 lantaran fundamentalnya baik.
Sementara, Betty Alwi, Pemimpin DPLK BNI bilang, pihaknya tak banyak mengubah portofolio investasi. Sebab kebijakan investasi DPLK sesuai dengan paket investasi yang sudah ada dan disesuaikan dengan permintaan nasabah. Salah satu cara mempermanis imbal hasil adalah aktif berdagang surat utang.
Sedangkan, Dapen BRI bakal memperbanyak porsi SUN dari 16% menjadi 20% di tahun ini. Di instrumen saham, Dapen BRI memarkir dana hingga 21% dari total investasi. Sedangkan porsi deposito cukup mini yakni hanya 5,5%.
"Kebijakan ini tentunya seraya melihat kondisi pasar. Porsi saham dan deposito diturunkan sebagai penyeimbang saja karena porsi SUN naik," kata Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News