kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Induk usaha Shoppe bakal ramaikan industri perbankan di Indonesia, simak prospeknya


Senin, 15 Februari 2021 / 13:05 WIB
Induk usaha Shoppe bakal ramaikan industri perbankan di Indonesia, simak prospeknya
ILUSTRASI. ilustrasi?merger dan akuisisi, mergers and acquisitions


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sea Group bakal meramaikan persaingan industri perbankan di Tanah Air. Induk perusahaan e-commerce Shoppe ini dikabarkan tengah membidik untuk mengakuisisi bank lagi di Indonesia setelah menguasai mayoritas saham Bank Kesejahteraan Ekonomi ( Bank BKE). PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) dan PT Bank Bank Bumi Artha Tbk (BNBA) disebut dua bank yang diminati Sea Group. 

Menurut laporan Nikkei Asia Review pada 15 Januari 2021, Sea Group telah menjadi pemegang saham mayoritas Bank BKE melalui anak usahanya, Turco Cash. Anak usahanya ini mengakuisisi saham dua perusahaan pemilik saham Bank BKE, yakni Danadipa Artha Indonesia (DAI) dan Koin Investama Nusantara (KIN).

KONTAN telah mencoba mengkonfirmasi kabar tersebut Wikan Aryono Presiden Direktur Bank Bumi Artha, namun belum ada jawaban hingga berita ini diturunkan.  

Wahyu Dwi Aji Direktur Utama Bank Capital juga belum merespon pertanyaan yang sama. 

Baik BKE, Bank Capital dan Bank Bumi Artha sama-sama masih merupakan kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II dengan modal inti di bawah Rp 2 triliun. Sementara aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank umum wajib memiliki modal inti minimum Rp 3 triliun pada akhir 2022 dan itu harus sudah dipenuhi secara bertahap dimana akhir 2021 sudah wajib mencapai Rp 2 triliun.  

Baca Juga: Pasar Bank Digital Dinilai Potensial, Bank Lokal Jadi Rebutan Pemodal

Per September 2020, Bank BKE memiliki modal inti Rp 1,3 triliun,  Bank Capital Indonesia Rp 1,24 triliun dan  Bank Bumi Artha sebesar Rp 1,46 triliun. Bank Capital sebelumnya telah mendapatkan restu dari pemegang saham untuk melakukan rights issue dengan target Rp 2 triliun pada Desember 2020. 

Sementara Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo mengaku belum mendapatkan informasi terkait rencana Sea mengakuisisi Bank Capital maupun Bank Bumi Artha. "Saya belum dapat update," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (14/2).

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai jika Sea Group masuk ke perbankan di Tanah Air maka tujuannya bakal meramaikan industri bank digital. Pasalnya, perusahaan ini memang telah berkecimpung terlebih dahulu di digital platform.

Menurutnya, potensi Sea Group cukup besar di Indonesia apalagi dapat berkolaborasi dengan jejaring Shopee. Apalagi, mereka juga telah memiliki lisesnsi sebagai bank digital di Singapura. 

"Potensi lainnya adalah penduduk Indonesia sangat banyak dan populasi generasi milenial dapat menjadi target pasar dalam pengembangan digital banking di Indonesia," jelas Trioksa. 

Sea Group telah meraih lisensi bank digital dari Monetary Authority of Singapore (MAS) pada Desember 2020. Di Singapura, Sea Grup melalui tiga bisnisnya Shopee, Garena, dan SeaMoney telah saling terintegrasi dalam ekonomi digital. Perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek New York (NYSE) ini sempat meraih US$ 2,57 miliar dari aksi penerbitan saham baru melalui secondary offering pada Desember 2020 dan membuat Sea Group menjadi perusahaan paling berharga di Asia Tenggara. 

Sebelumnya, IPO perseroan pada 2017 tercatat sebagai IPO terbesar perusahaan teknologi Asia Tenggara di NYSE. Sea Group didirikan oleh Forrest Li. 

Entitas Sea Group yang pertama kali berdiri adalah bisnis online gaming, Garena, pada 2009. Kemudian berlanjut ke bisnis layanan keuangan digital, Sea Money pada 2014 dan marketplace Shopee hadir pada 2015. 

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebut kemungkinan tahun ini merger dan akuisisi di industri perbankan akan lebih banyak guna memenuhi aturan modal inti yang ditetapkan Rp 3 triliun yang berlaku mulai akhir 2022. 

Pada akhir 2021, modal inti harus sudah dipenuhi minimum Rp 2 triliun. "Tren tahun ini akan lebih banyak lahai bank melakukan akuisisi dan merger," ujarnya.

Selanjutnya: Perusahaan global berlomba mencari dana di tengah reli pasar saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×