Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memiliki keinginan menjadi the best mortgage di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2025.
Direktur Risk Management and Transformation BTN Setiyo Wibowo mengatakan pangsa pasar kredit pemilikan rumah di Indonesia masih terbuka dibandingkan Singapura dan Malaysia karena penduduk Indonesia yang cukup besar.
Setiyo bilang suatu bank dikatakan sebagai mortgage bank bila memiliki portofolio KPR setidaknya 40% dari total penyaluran kredit. Di kawasan Asia Tenggara, baru ada DBS group dan CIMB Group yang cukup kuat di segmen ini.
“Di disi aset, pertumbuhan BTN sudah lebih bagus dari mereka (DBS dan CIMB), tapi kualitas dan return on equity (ROE) dan net interest margin (NIM), BTN masih dibawah mereka. Kita bisa harus delivery lebih bagus,” ujar Setiyo, Jumat (8/10).
Oleh sebab itu, bank bersandi saham BBTN ini menargetkan bisa memiliki ROE 16% hingga 18% pada 2025 dengan terus melakukan perbaikan proses bisnis. Adapun hingga Juni 2021, ROE BTN masih berada di level 11,02% lantaran masih tingginya biaya kredit atau cost of credit.
Guna mencapai target itu, BTN ingin menurunkan biaya dana atau cost of fund dengan terus meningkatkan dana murah alias current account and saving account (CASA) hingga dua kali lipat pada 2025 dari posisi 2020.
Baca Juga: BTN Sabet Penghargaan dalam Ajang Top GRC Awards
“Juga menjadi one stop financial solution, bila dulu sebagai bank KPR, kita ingin jadi bank yang berikan semua solusi untuk nasabah. Kalau KPR di BTN harapannya semua transaksi di BTN. Lalu membentuk digital innovator khususnya mortgage ecosystem. Juga menjaga aset kualitas atau NPL yang baik sehingga tetap berkelanjutan,” katanya.
Oleh sebab itu, BTN tengah mengakuisisi salah satu modal ventura untuk membentuk ekosistem digital di sektor properti. Setiyo bilang saat ini prosesnya masih dalam due diligence. Anak usaha ini nantinya akan menjadi kendaraan bagi BTN dalam membesarkan bisnis asset management, payment, hingga switching ke depannya.
Kendati demikian, BTN menunda keinginan memiliki anak usaha yang bergerak di bidang asuransi jiwa. Setiyo bilang rencana akuisisi mengikuti arahan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemegang saham.
”Asuransi jiwa karena untuk dukung bisnis BTN di consumer banking, karena akan menjadi one stop financial solution pada 2025. Karena setiap beli KPR, pasti di cover asuransi jiwa, nanti akan kita bentuk. Sekarang, kita partnership salah satu arahan pemegang saham kita partnership IFG Life,” paparnya.
Oleh sebab itu, dalam beberapa waktu lalu, BTN telah melakukan kerja sama dengan IFG life untuk hal ini. Kendati demikian, ia menyatakan bank bersandi saham ini tetap ingin memiliki asuransi jiwa.
“Tapi kita tunda di 2022 atau 2023, karena secara bertahap lakukan. Karena kelola asuransi tidak gampang juga. Jadi liat use case-nya, baru kita bikin,” jelasnya.
Ia ingin setiap anak usaha yang akan dibentuk harus menguntungkan dan tidak boleh membebani induk. Ia berharap anak usaha yang dimiliki memiliki return on equity (ROE) nya tinggi lebih dari BTN.
Selanjutnya: Biaya kredit masih meningkat, begini kata bankir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News