Reporter: Ferrika Sari | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupa menjaga kredit bermasalah atau tingkat non-performing loan (NPL) industri fintech peer to peer (P2P) lending di level 1%.
Strateginya dengan mewajibkan perusahaan penyedia layanan finansial berbasis teknologi ini melaporkan kondisi keuangan dan tingkat kredit macet kepada regulator maupun publik.
Meski demikian, perkembangan kredit macet tahun ini cenderung fluktuatif. Sampai Agustus 2018, OJK mencatat tingkat NPL di level 1,89%, atau naik dari realisasi NPL di Desember tahun lalu yakni 0,99%.
Pertumbuhan NPL yang fluktuatif juga terjadi di bulan-bulan sebelumnya, di mana tingkat kredit macet bisa berada di posisi 1%, kemudian turun ke level 0,9%. Selanjutnya naik kembali menjadi 1,2% hingga 1,3% di periode lain.
Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi mengatakan tren NPL yang cenderung fluktuatif lantaran pemain fintech kian bertambah. Dengan kondisi tersebut pemain baru harus beradaptasi lebih dahulu dengan lingkungan bisnis ini.
“Terkadang tingkat NPL lebih tinggi di awal. Tapi dalam jangka waktu satu sampai dua bulan tingkat NPL bisa turun lagi,” kata Hendrikus, belum lama ini.
Mitrausaha Indonesia Group atau Modalku berharap bisa menekan kredit macet di level 1% hingga 1,5% di tahun ini. CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan target itu masih ditentukan oleh kondisi pasar serta strategi perusahaan dalam menjaga tingkat NPL hingga waktu ke depan.
Hingga saat ini, Modalku mencatat kredit macet sebesar 1,04%, atau cenderung stabil dari bulan sebelumnya. Namun, menurut dia, tingkat kredit macet bukan menjadi indikator kuat bahwa kinerja keuangan perusahaan terlihat sehat. Sampai saat ini Modalku berkeyakinan kinerja perusahaan masih sehat karena kondisi net return masih aman serta portofolio keuangan juga transparan.
“Tugas kami adalah mengoptimalkan kerja NPL, bukan mengecilkan NPL. Naik dan turunnya tingkat NPL itu sebagai sesuatu yang wajar, dan rasio NPL Modalku di angka 1% sebagai sesuatu yang bagus,” ungkapnya.
Modalku sendiri menggunakan sistem skor untuk menyeleksi calon peminjam, mulai dari skor A hingga D. Semakin rendah skor calon peminjam, maka tingkat bunga yang dikenakan oleh pemberi pinjaman makin tinggi. Modalku juga mempunyai tim lapangan yang bertugas menagih tunggakan dan mencari peminjam baru.
Sementara pemain lain, UangTeman saat ini mencatatkan tingkat NPL di level 3% dan berharap bisa menjaganya di bawah 3% hingga akhir tahun. CEO UangTeman Aidil Zulkifli mengatakan bahwa peminjam dari gender laki-laki biasanya menyumbang kredit macet lebih besar ketimbang wanita.
“Kalau di UangTeman, peminjam laki-laki yang menyumbang kredit macet lebih besar, karena mereka kurang bertanggung jawab dan disiplin dibandingkan wanita. Biasanya NPL terjadi, karena telat bayar dan gagal bayar, tapi itu risiko bisnis fintech,” jelasnya.
Maka untuk mengantisipasi tingkat kredit macet, UangTeman selektif menentukan calon peminjam. Salah satu dengan menggunakan algoritma kecerdasan buatan untuk menyeleksi jejak rekam calon peminjam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News