kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Jor-Joran Beri Hadiah Demi Dana Murah


Selasa, 20 April 2010 / 12:49 WIB
Jor-Joran Beri Hadiah Demi Dana Murah


Sumber: KONTAN | Editor: Johana K.

Jakarta. Masih relatif tingginya biaya dana (cost of fund) meski suku bunga deposito makin menyusut, boleh jadi karena perbankan makin agresif menggenjot dana murah. Soalnya, meski namanya dana murah, namun perbankan mengeluarkan ongkos yang besar untuk memperbesar porsi dana murah, yang terdiri atas tabungan dan giro dalam portofolio dana pihak Ketiga (DPK). Alhasil biaya dana tetap besar.

Perbankan memang gencar memberikan berbagai iming-iming untuk menaikkan porsi dana murahnya melalui segerobak strategi promosi. Salah satunya berupa penyelenggaraan undian berhadiah.

Perbankan umumnya memasukkan ongkos penyelenggaraan undian berhadiah tersebut ke dalam pos biaya promosi. "Biaya promosi, insentif di luar bunga, semuanya masuk sebagai ongkos operasional yang menjadi bagian struktur biaya dana di bank," terang Direktur Keuangan Bank Bukopin Tri Joko Prihantoro.

Bank Indonesia (BI) selaku regulator sektor perbankan, tak menutup mata melihat fenomena tersebut. Dalam Tinjauan Kebijakan Moneter Maret lalu, BI menilai biaya dana di perbankan masih lebih tinggi dibandingkan periode 2007-2008. Salah satunya akibat besarnya biaya insentif untuk menggenjot DPK murah.

Terbukti efektif

Tengok saja yang dilakukan Bank Mandiri. Tahun ini, Mandirih menyiapkan dana khusus sebesar Rp 60 miliar untuk meningkatkan proporsi dana murah berupa tabungan dan giro. "Dana tersebut kami gunakan untuk penyelenggaraan undian berhadiah Mandiri Fiesta," ujar Direktur Mikro dan Retail Banking Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin, Senin (19/4).

Meski harus mengalokasikan dana khusus, cara ini terbukti ampuh. Buktinya, tahun lalu Mandiri membukukan dana murah sebesar Rp 186,5 triliun, tumbuh 13,7% dibanding 2008. Porsi dana murah ini mencapai 58,35% dari total DPK Mandiri di akhir 2009 yang sebesar Rp 319,6 triliun.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) tak mau kalah. Direktur Keuangan BRI Sudaryanto Sudargo menuturkan, BRI telah mengalokasikan ongkos khusus untuk menggenjot perolehan dana murah. "Angka persisnya saya tidak ingat, namun masih di bawah Rp 60 miliar," ujarnya.

Sudaryanto menilai, ongkos tersebut masih sepadan dengan jumlah nasabah dana murah yang berhasil diakuisisi. "Proporsi dana murah kami saat ini sekitar 55%, hendak kami tingkatkan sampai 60%," ucap Sudaryanto.

Beberapa bank swasta nasional dan asing gencar menarik nasabah dana murah. Caranya dengan promosi dan memberi insentif, mulai hadiah mobil, hingga diskon di supermarket. Tak heran proporsi dana murah di perbankan nasional terus menanjak.

Mengutip data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) BI terbaru, nilai total DPK perbankan hingga Februari 2010 lalu sebesar Rp 1.931,64 triliun. Sebanyak 53,07% atau Rp 1.025,19 triliun, merupakan dana murah berupa giro dan deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×