Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - JP Morgan baru-baru ini menaikkan peringkat saham Bank Negara Indonesia yang berkode BBNI dari “Neutral” menjadi “Overweight”. Kenaikan ini menandakan keyakinan terhadap saham BBNI yang memiliki potensi naik lebih kuat dalam waktu dekat. Bukan tanpa alasan, keputusan tersebut didorong oleh faktor teknikal dan fundamental yang membuat bank pelat merah ini lebih menarik di mata investor.
Berdasarkan jangka waktunya, selama pekan pertama Maret 2025 saham BBNI tercatat naik 12,7% dalam lima hari trading tanggal 3-7 Maret 2025, khususnya setelah JP Morgan mengangkat rating bank milik negara (Himbara) pada 2 Maret 2025. Kenaikan tersebut membawa saham BBNI menjadi menjadi salah satu yang positif di antara saham perbankan lain di Indonesia sepanjang tahun ini atau year to date (YTD).
Data menunjukkan saham BBNI naik 4,4% selama sepekan. Kenaikan tersebut mendongkrak Index Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi 5,8% atau ditutup menguat ke level 6.636 pada Jumat (7/3).
Berdasarkan data tersebut, perbaikan saham BBNI dalam sepekan telah melampaui IHSG, BBNI +12,7% vs IHSG +5,8%. Sementara, rekomendasi analis di Bloomberg menunjukkan 89% BUY, 11% HOLD, dan tidak ada rekomendasi SELL terhadap saham BBNI.
Ada beberapa faktor yang menguatkan saham BBNI dalam sepekan. Dalam risetnya Senin 2 Maret 2025, yang ditulis oleh Harsh Wardhan Modi, Gaurav Khandelwal dan Shivansh Puri setidaknya ada 3 faktor.
Pertama, valuasi yang menarik di tengah koreksi pasar. JP Morgan mencatat bank-bank BUMN di Indonesia telah mengalami penurunan harga saham signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Sehingga dalam jangka pendek akan terjadi teknikal rally. Valuasi BBNI yang terlihat dari Price-to-Book Value saat ini sebesar 0,9x atau lebih murah dibandingkan bank besar lainnya.
Kedua, fundamental yang mulai stabil. JP Morgan menilai ekspektasi laba (EPS) BBNI kini berada pada level yang lebih defensif, meski terdapat kemacetan likuiditas. Oleh karena itu, revisi negatif terhadap laba diperkirakan tidak memberikan tekanan besar pada harga saham BBNI dalam jangka pendek.
Sebaliknya, BNI terus memperbaiki kualitas aset saat sektor finansial dan perbankan sedang mengalami kontraksi. Hal ini dapat dilihat dari perbaikan rasio non performing loan (NPL) dan loan at risk (LAR), serta efisiensi jangka panjang cost of credit. JP Morgan memproyeksikan ROE BBNI ke depannya akan mampu tumbuh secara sehat.
Ketiga, potensi pemulihan dalam jangka menengah. Dalam laporan risetnya, JP Morgan menilai bahwa kebijakan makroekonomi Indonesia turut mendukung pertumbuhan GDP tinggi, baik secara riil maupun nominal. Kebijakan tersebut ikut menciptakan kondisi pemulihan struktural bagi sektor perbankan.
Di sisi lain, masih terdapat beberapa risiko seperti tekanan biaya dana (Cost of Fund) yang tinggi dan potensi volatilitas jangka pendek. Meskipun begitu, JP Morgan memprediksi risiko itu telah terefleksi dari harga saham saat ini. Oleh karena itu, JP Morgan melihat BBNI sebagai pilihan investasi menarik bagi investor yang mencari saham undervalued dengan potensi pemulihan harga yang signifikan.
Selain itu, JP Morgan menilai perbaikan struktur pendanaan (liability franchise) melalui platform digital wondr by BNI dapat menjadi nilai tambah bagi investor. Meskipun implementasi strategi ini memerlukan waktu dan biaya, perbaikan yang dilakukan BNI diharapkan bisa meningkatkan Net Interest Margin (NIM) dan RoE BBNI.
Dengan berbagai analisa, JP Morgan melihat BBNI sebagai saham yang layak untuk diperhitungkan. Peningkatan rating menjadi “Overweight” memberi keyakinan kepada investor bahwa saham BBNI memiliki prospek yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Di samping saham yang baik, BBNI perlu meningkatkan kinerja dan strategi bisnis agar dapat memenuhi ekspektasi pasar dan mempertahankan momentum positifnya.
Sebagai informasi tambahan, Jumat pekan lalu BNI baru saja merilis laporan keuangan Januari 2025, dimana laba tercatat naik paling tinggi dibandingkan peers-nya yakni 9,7% YoY menjadi Rp1,6 triliun. Kenaikan tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit 10,3% YoY dan Net Interest Income yang juga naik dari Rp3.12 triliun menjadi Rp3,17 triliun.
Kredit segmen korporasi dan konsumer yang berisiko rendah masih menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit BNI. Sementara credit cost mampu dijaga di kisaran 1%.
Selanjutnya: Permintaan Berpotensi Meningkat, Begini Rekomendasi Saham di Sektor Unggas
Menarik Dibaca: 14 Ramuan untuk Menurunkan Kolesterol Tinggi secara Alami
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News