kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.775   -15,00   -0,10%
  • IDX 7.473   -6,24   -0,08%
  • KOMPAS100 1.155   0,64   0,06%
  • LQ45 915   1,60   0,18%
  • ISSI 226   -0,60   -0,26%
  • IDX30 472   1,43   0,30%
  • IDXHIDIV20 570   2,50   0,44%
  • IDX80 132   0,24   0,18%
  • IDXV30 140   1,26   0,90%
  • IDXQ30 158   0,58   0,37%

Kasus Jiwasraya, pengamat sebut aspek pengawasan lemah


Senin, 27 Januari 2020 / 11:05 WIB
Kasus Jiwasraya, pengamat sebut aspek pengawasan lemah
ILUSTRASI. Target knerja Jiwasraya: Suasana kantor PT. Asuransi Jiwasraya (Jiwasraya) di Jakarta, Selasa (25/11). Jiwasraya menargetkan perolehan premi mencapai Rp 8 triliun atau tumbuh 60% dari tahun lalu. Adapun, laba ditargetkan mencapai Rp450 miliar.KONTAN/Baiha


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - ​JAKARTA. Direktur Riset Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia Pieter Abdullah menganggap pengawasan PT Asuransi Jiwasraya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lemah. Itu dilihat dari nilai kerugian yang besar.

Kelemahan itu juga diindikasikan dari pilihan produk investasi dengan risiko tinggi.  "Kalau dibilang terlalu, ini memang berat sekali, memang seharusnya tidak terjadi, banyak sekali faktor dalam masalah ini. Intinya kasus Jiwasraya sekarang ini membuktikan bahwa pengawasan OJK lemah," kata Piter dalam keterangannya, Senin (27/1).

Dengan kasus Jiwasraya, maka harus diakui, bahwa kualitas pengaturan pengawasan di OJK itu belum sama antara tiga bidang yaitu perbankan, pasar modal dan lembaga keuangan non bank.

Baca Juga: Selidiki Jiwasraya, Kejagung fokus lacak aset tersangka yang dilarikan ke luar negeri

Karena itu, seharusnya komisioner OJK harus bertanggung jawab. Juga, segera berbenah dan memacu kualitas pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan non bank termasuk asuransi. Jika OJK tak dibenahi, bukan tak mungkin kejadian serupa terulang.

"Pembenahan mutlak, agar permasalahan ini tak kembali terulang," tegas Piter. 

Senada, Direktur Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menilai, OJK pasti tahu mengenai aliran dana investasi Jiwasraya.

Bahkan Daeng menyindir, kejahatan di kelembagaan keuangan yang ada sekarang, terjadi karena kesalahan OJK, dan seringkali kasus-kasus itu menguap hilang begitu saja. 

Baca Juga: MI: Kisruh Jiwasraya hanya memengaruhi saham gorengan

Daeng curiga, terdapat unsur pembiaran dari OJK terkait Jiwasraya yang melakukan investasi di saham berisiko, ataupun terkait produk investasinya. 

"Bukti itu terlihat jelas dari OJK yang sebenarnya tahu potensi gagal bayar Jiwasraya pada Januari 2018 lalu. Tapi, sampai Oktober 2018, OJK tampak bersikap pasif dan terkesan membuang badan," kata Deang. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×