kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kekosongan kursi Dirut Bank Mandiri menjadi sorotan


Kamis, 03 September 2020 / 18:10 WIB
 Kekosongan kursi Dirut Bank Mandiri menjadi sorotan
ILUSTRASI. The Bank Mandiri logo is seen on the top of an office tower in Jakarta, Indonesia September 8, 2017. REUTERS/Darren Whiteside


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Rabu (2/9) telah memutuskan untuk merombak susunan pengurus perusahaan. Namun, yang unik dalam perombakan tersebut setidaknya ada empat Direktur yang dicopot dari kursi Direksi Bank BNI, dan digantikan oleh empat bankir dari PT Bank Mandiri Tbk.

Salah duanya yakni penunjukkan Royke Tumilaar mantan Direktur Utama Bank Mandiri yang menjadi Direktur Utama Bank BNI. Kemudian Silvano Rumantir, mantan Direktur Keuangan Bank Mandiri menjadi Direktur Corporate Banking Bank BNI.

Praktis, perombakan itu menjadikan seluruh empat anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dipimpin oleh mantan bankir Bank Mandiri. Nah, menurut kacamata investor, sebenarnya pergeserah Royke ke BNI tidak akan terlalu membawa banyak pengaruh.

Sebab, kinerja Bank BNI saat ini secara umum masih cenderung aman. Pun, karakteristik bisnis Bank Mandiri dan Bank BNI relatif sama, yakni kuat di segmen korporasi.

Kepala Riset Samuel Sekuritas, Suria Dharma mengatakan di tengah kondisi saat ini sejatinya tidak ada urgensi kursi Direksi BNI untuk dirombak. Kecuali untuk posisi Wakil Direktur Utama, yang beberapa waktu lalu sempat dikabarkan tidak lolos fit and proper test Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Lalu, dia juga mempertanyakan alasan pemegang saham untuk menunjuk mantan bankir Bank Mandiri memimpin seluruh bank pelat merah. "Sebenarnya, BNI sama seperti bank pada umumnya kinerjanya relatif turun. Direksinya pun juga bagus, dan mantan Direktur Utamanya juga punya pengalaman yang lama di BNI," kata Suria kepada Kontan.co.id, Rabu (3/9) malam.

Tapi, Ia pun tidak mempersoalkan hal tersebut lantaran hal itu memang sepenuhnya kewenangan pemegang saham.

Dus, adanya perombakan tersebut relatif tidak akan terlalu banyak merubah kinerja Bank BNI untuk tahun ini. Tetapi, yang perlu dicermati justru Bank Mandiri lantaran dua posisi penting yakni Direktur Utama dan Direktur Keuangan kosong.

Sedangkan, agenda untuk RUPS Bank Mandiri masih baru akan berlangsung akhir bulan Oktober 2020 mendatang. Itu artinya, bila tidak segera menunjuk pengurus maka bisa saja kekosongan jabatan itu akan mempengaruhi kinerja Bank Mandiri.

Sebagai pengingat, mari kita telisik kinerja keuangan Bank Mandiri di semester I 2020. Dari sisi laba bersih, dari empat bank plat merah yaitu BNI, Mandiri, BRI dan BTN. Bank Mandiri memang membukukan penurunan paling rendah yakni sebesar 23,9% secara year on year (yoy) menjadi Rp 10,29 triliun.

Kinerja positif lainnya juga bisa dilihat dari kenaikan aset dan DPK Bank Mandiri yang tumbuh masing-masing 10% dan 15,8% secara yoy. Tertinggi bila dibandingkan dengan bank BUMN lainnya.

Tetapi, dari sisi kredit Bank Mandiri baru tumbuh 4,4%, masih lebih rendah dibandingkan BRI dan BNI yang tumbuh di atas 5%. Begitu pula dengan NPL, tercatat NPL gross Bank Mandiri di kuartal II 2020 sebesar 3,28%, lebih tinggi BNI sebesar 3% dan BRI 3,13%.

Berkaca pada hal-hal itu, Suria pun meyakini, mayoritas investor sepakat kalau tahun ini kinerja Bank BUMN memang akan cenderung melemah, tanpa terkecuali Bank Mandiri. Lantaran terdampak perlambatan ekonomi akibat Covid-19.

"Sekarang yang menjadi pertanyaan, siapa yang akan mengganti kursi Dirut dan Dirkeu di Bank Mandiri. Kalau Bank BNI sebenarnya masih oke-oke saja kalau saya lihat prospeknya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×